astakom, Jakarta – Dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran akan pentingnya menjaga bumi makin kuat. Kesadaran ini telah mendorong banyak orang, terutama generasi muda atau gen z, untuk beralih ke pola konsumsi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
Gaya hidup hijau kini bukan sekadar slogan. Kini telah menjadi tren nyata di tengah masyarakat modern. Tren ini tumbuh seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap perubahan iklim, polusi plastik, dan eksploitasi sumber daya alam.
Soal melek teknologi, Gen Z itu paling di depan. Mereka tumbuh bareng internet dan media sosial. Jadi, info soal lingkungan gampang banget mereka dapat.
Gen Z makin sadar bumi lagi nggak baik-baik aja. Iklim berubah. Sampah makin banyak. Mereka mulai mikir: “Aku bisa bantu apa?”
Konsumsi ramah lingkungan jadi solusi. Artinya, beli dan pakai barang yang nggak merusak alam. Contohnya: bawa tumbler, belanja tanpa plastik.
Banyak Gen Z yang sekarang suka bawa kotak makan sendiri. Atau pakai sedotan stainless. Simple, tapi dampaknya besar kalau dilakukan bareng-bareng.
Milih produk lokal saat ini juga jadi kesadaran Gen Z. Selain murah dan unik, jejak karbonnya lebih kecil. Dibanding barang impor yang harus dikirim jauh-jauh.
Dalam hal fashion, mereka pilih brand yang eco-friendly. Baju daur ulang, secondhand, atau slow fashion. Fast fashion mulai ditinggal karena boros dan nyampah.
Skincare dan makeup pun nggak asal pilih. Gen Z suka produk vegan dan cruelty-free. Karena cantik itu nggak harus menyakiti alam atau hewan.
Makanan juga diperhatiin. Banyak yang coba makan nabati atau kurangi daging. Tujuannya? Kurangi jejak karbon dari industri peternakan.
Gaya hidup minimalis juga makin populer. Nggak beli barang berlebihan. Beli yang perlu, dan tahan lama.
Gen Z suka share gaya hidup ramah lingkungan di medsos. Bikin konten edukasi, tips DIY (Do It Yourself atau tips buat sendiri), atau review produk hijau. Mereka ngajak temen-temennya buat ikut peduli.
Di sekolah atau kampus, banyak komunitas eco-friendly (komunitas yang berfokus pada keberlanjutan lingkungan). Ada gerakan tanam pohon, daur ulang, sampai swap market. Jadi, aksi nyata bisa dimulai dari lingkup kecil.
Tapi emang nggak selalu mudah. Produk ramah lingkungan kadang mahal. Tapi Gen Z pintar cari alternatif yang murah dan kreatif.
Banyak juga Gen Z yang jadi entrepreneur hijau. Bikin sabun alami, tote bag (tas jinjing) dari limbah kain, atau aplikasi hemat energi. Mereka bukan cuma pakai, tapi juga menciptakan solusi.
Buat Gen Z, hidup ramah lingkungan itu keren. Bukan sekadar tren, tapi gaya hidup yang punya makna. Mereka bangga bisa jadi bagian dari perubahan.
Harapan untuk bumi ada di tangan mereka. Kalau makin banyak Gen Z peduli lingkungan, masa depan bisa jadi lebih hijau dan sehat.(**)