astakom, Jakarta – Indonesia mendapat kesempatan istimewa sebagai negara pertama yang diundang oleh Amerika Serikat (AS) untuk bernegosiasi mengenai tarif timbal balik (resiprokal) perdagangan.
Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.
“Indonesia adalah salah satu negara yang mendapat kesempatan pertama untuk diundang ke Washington,” ujar Airlangga dalam konferensi pers di Jakarta, pada Senin (14/4).
Tim delegasi Indonesia yang dibentuk oleh Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan akan bertolak ke AS pada Rabu (16/4) untuk melakukan pertemuan dengan utusan Presiden AS, Donald Trump.
“Kami akan bertemu dengan USTR (United States Trade Representatives), dengan Secretary of Commerce, dengan Secretary of State, dan Secretary of Treasury,” terang Airlangga.
Meski tergabung dalam satu tim, para anggota delegasi tidak berangkat bersamaan. Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Sugiono, dijadwalkan lebih dulu berangkat ke Washington DC pada hari ini guna mempersiapkan jalannya proses negosiasi.
Sementara Menko Airlangga, bersama Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu dan Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar, baru akan menyusul ke AS pada keesokan harinya.
Selain itu, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dan Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Thomas Djiwandono juga turut serta dalam rombongan. Selain ikut serta dalam negosiasi, Sri Mulyani dijadwalkan menghadiri Spring Meeting IMF-World Bank yang digelar di Washington DC.
Dalam pertemuan tersebut, Indonesia membawa sejumlah usulan strategis untuk negosiasi. Salah satunya adalah usulan untuk memperbarui perjanjian kerja sama perdagangan dan investasi, atau yang dikenal dengan Trade & Investment Framework Agreement (TIFA).
Selain itu, pemerintah juga akan menawarkan proposal deregulasi untuk Non-Tariff Measures (NTMs), misalnya melalui pelonggaran aturan TKDN di sektor teknologi informasi dan komunikasi, serta meninjau kembali larangan dan pembatasan atas ekspor-impor barang dari dan ke AS.
Indonesia juga berniat meningkatkan hubungan dagang dan investasi dengan AS melalui pembelian migas, sebagai bagian dari pendekatan yang saling menguntungkan.
Tak hanya itu, pemerintah telah menyiapkan sejumlah insentif fiskal dan non-fiskal, seperti pengurangan bea masuk, PPh impor, hingga PPN impor untuk memperlancar arus barang dari AS dan menjaga daya saing ekspor Indonesia.
Airlangga menegaskan, para menteri yang tergabung dalam delegasi ini sudah siap untuk duduk bersama dengan utusan Presiden Donald Trump dan melakukan negosiasi mengenai tarif resiprokal, sekaligus membahas potensi kerja sama investasi antar kedua negara.
“Kemudian juga terkait dengan investasi dan juga secara resiprokal apa yang Indonesia minta di dalam kerja sama. Beyond perdagangan militer, investment dan juga di sektor keuangan,” tambah Airlangga.(**)