Sabtu, 21 Jun 2025
Sabtu, 21 Juni 2025

Ini 8 Makna Tradisi Lebaran Ketupat yang Wajib Kamu Tahu

astakom, Jakarta – Selain merayakan Hari Raya Idul Fitri pada 1 Syawal, masyarakat Jawa memiliki satu tradisi unik yang digelar tepat sepekan setelahnya, yaitu Lebaran Ketupat.

Tahun ini, berdasarkan hasil Sidang Isbat yang digelar Kementerian Agama pada Sabtu (29/3/2025), 1 Syawal 1446 H jatuh pada Senin, 31 Maret 2025. Maka, perayaan Lebaran Ketupat diperingati pada Senin, 7 April 2025, bertepatan dengan 8 Syawal.

Baca juga :

Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.

Berikut delapan makna lebaran ketupat yang wajib kamu ketahui:

1. Asal-usul Lebaran Ketupat berakar dari tradisi Islam yang dibawa oleh Wali Songo, khususnya Sunan Kalijaga, di Pulau Jawa. Tradisi ini muncul sebagai bentuk perayaan setelah umat Islam melaksanakan puasa sunnah enam hari di bulan Syawal, yang dimulai setelah Idul Fitri.

2. Nama “Lebaran Ketupat” berasal dari kata “ketupat,” yaitu makanan khas yang terbuat dari beras dan dibungkus anyaman daun kelapa muda. Dalam budaya Jawa, ketupat mengandung makna simbolik sebagai bentuk pengakuan kesalahan (ngaku lepat) dan saling memaafkan.

3. Waktu pelaksanaan Lebaran Ketupat biasanya jatuh pada hari ketujuh setelah Idul Fitri, yaitu setelah umat Islam menunaikan puasa Syawal selama enam hari. Perayaan ini menjadi momen lanjutan dari Idul Fitri dengan nuansa yang lebih kekeluargaan dan lokal.

4. Ketupat sebagai simbol mengandung filosofi mendalam. Bentuk anyaman luar yang rumit menggambarkan kesalahan manusia, sementara isi beras yang putih dan bersih melambangkan hati yang suci setelah melewati Ramadan dan saling memaafkan.

5. Tradisi Lebaran Ketupat tidak hanya ditemukan di Jawa, tetapi juga di berbagai daerah di Indonesia dengan nama dan bentuk perayaan yang sedikit berbeda. Di Madura, Lombok, hingga Kalimantan, tradisi ini dilaksanakan dengan ciri khas daerah masing-masing.

6. Kegiatan khas Lebaran Ketupat meliputi berkumpul bersama keluarga, makan bersama dengan menu utama ketupat dan lauk khas seperti opor ayam, rendang, atau sayur labu. Ini menjadi ajang silaturahmi lanjutan, terutama bagi yang tidak sempat berkunjung saat Idul Fitri.

7. Makna sosial Lebaran Ketupat sangat kuat dalam membangun kembali hubungan antarwarga dan keluarga. Ini adalah momentum untuk mempererat tali persaudaraan, menghapus rasa bersalah, dan memperbaiki hubungan yang renggang.

8. Lebaran Ketupat hingga kini masih dilestarikan di banyak tempat di Indonesia, menunjukkan kuatnya perpaduan antara nilai-nilai Islam dan budaya lokal. Tradisi ini menjadi bukti bahwa Islam di Indonesia tumbuh bersama kearifan lokal yang memperkaya makna ibadah dan sosial masyarakat.

Rubrik Sama :

Sejarah St. Petersburg: Kota Pelabuhan Pusat Ekonomi dan Industri Wisata Rusia

astakom St. Petersburg - Atas undangan langsung Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto melakukan kunjungan resmi kenegaraan ke Federasi Rusia, 18-20...

Jakarta Fair Kemayoran 2025 Resmi Dibuka, Gubernur Ajak Masyarakat Ramaikan Acara

astakom, Jakarta - Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung, secara resmi membuka ajang pameran tahunan Jakarta Fair Kemayoran (JFK) di JIExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, pada...

Kolaborasi IP Lokal dan Dunia Otomotif: Kementerian Ekraf Pamerkan Mobil Balap Kreatif

astakom, Jakarta – Menteri Ekonomi Kreatif (Ekraf), Teuku Riefky Harsya, mengapresiasi bakat dan kemampuan IP (intellectual property) lokal yang berkolaborasi dalam menciptakan medium otomotif. Penghargaan...

Gegara Jemaah Nekat, Ribuan Botol Zamzam Terbuang Sia-sia

Suasana haru menyelimuti sebuah gudang besar di Jumum, Makkah, dimana ribuan botol air zam-zam harus terbuang sia-sia karena ulah para jemaah haji Indonesia yang nekat membawa zam-zam di koper bagasi.
Cover Majalah

Update