astakom, Jakarta– Pasukan militer junta Myanmar menembaki rombongan konvoi kendaraan dari Pemerintah China yang membawa bantuan darurat pasca gempa, Selasa (1/4). Hal ini terjadi saat Myanmar baru saja mengalami bencana gempa, yang juga terjadi saat negara itu berada dalam perang saudara.
Dengan situasi gempa yang terjadi di tengah perang, TNLA, bersama tiga kelompok sekutu lainnya, termasuk Tentara Arakan, mengumumkan gencatan senjata sepihak untuk memfasilitasi upaya kemanusiaan internasional. Gencatan senjata itu akan berlangsung selama satu bulan, di mana aliansi berjanji untuk menahan diri dari operasi ofensif dan hanya terlibat dalam pembelaan diri jika perlu.
Baca juga :
Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.
Mengutip Radio Free Asia (RFA), Juru Bicara junta, Zaw Min Tun, mengatakan konvoi 9 kendaraan milik Palang Merah China sedang membawa perbekalan pada hari Selasa di dekat kota Nawnghkio di negara bagian Shan ketika tentara menembaki mereka. Penembakan dilakukan karena ada kesalahpahaman terkait ancaman keamanan
Konvoi tersebut, yang dioperasikan oleh Palang Merah Tiongkok, membawa pasokan bantuan penting untuk membantu upaya pemulihan di Mandalay dan daerah lain yang terkena dampak gempa. Pada hari yang sama, Brotherhood Alliance, sebuah koalisi kelompok etnis bersenjata di Negara Bagian Shan bagian utara, menyerukan penghentian permusuhan setelah gempa bumi dahsyat, yang kini telah merenggut nyawa lebih dari 3.000 orang di seluruh Myanmar.
Tentara Pembebasan Nasional Ta’ang (TNLA), salah satu kelompok dalam aliansi tersebut, mengonfirmasi serangan tersebut dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan di Telegram dan media sosial. Truk-truk bantuan, yang telah dicegat, dikawal kembali ke Nawnghkio oleh pasukan TNLA sekitar pukul 9 malam, kata tim pers kelompok tersebut.