astakom.com, Jakarta — Program revitalisasi sekolah yang dijalankan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) bukan hanya mempercantik ruang belajar, tapi juga menghidupkan denyut ekonomi warga sekitar.
Melalui sistem swakelola, ribuan proyek pembangunan sekolah kini melibatkan pekerja dan bahan baku lokal, menghadirkan manfaat ganda bagi masyarakat.
Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen), Abdul Mu’ti menegaskan bahwa pemerintah memastikan program revitalisasi berjalan tepat waktu dan memberi dampak langsung pada masyarakat.
“Pelaksanaan revitalisasi harus selesai sesuai dengan tenggat waktu yang ditetapkan,” kata Abdul Mu’ti dalam keterangan tertulisnya, dikutip astakom.com, Senin (13/10).
Hingga Oktober 2025, program revitalisasi sekolah telah menjangkau 16.170 satuan pendidikan, melampaui target awal 10.440 sekolah. Dari jumlah itu, 13.777 sekolah telah menerima SK penerima bantuan revitalisasi, dengan total anggaran mencapai Rp 16,9 triliun.
Namun di balik angka besar itu, ada cerita kecil yang mencerminkan semangat gotong royong dan pemberdayaan lokal. Salah satunya datang dari Junaedi Danggala, pekerja bangunan di proyek SLB Negeri 2 Makassar.
“Untuk sementara, saya tidak perlu merantau jauh karena bisa bergabung dalam pembangunan di SLBN 2 Makassar ini,” ujarnya.
Setiap hari, Junaedi menerima bayaran Rp150.000 yang dibayarkan mingguan. Upah tersebut digunakannya untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan biaya sekolah anak.
Cerita serupa juga datang dari Waluyo, kepala tukang proyek revitalisasi di SMK Negeri 5 Kabupaten Tangerang. Ia menyebut proyek ini membawa efek domino bagi ekonomi warga sekitar.
“Untuk perekonomian, kami sangat terbantu. Keuangan lancar, tidak ada istilah ditunda untuk gajian pekerja,” kata Waluyo.
“Dengan adanya pekerja ini, otomatis semua pekerja mau belanja ke lingkungan sekitar. Mau beli nasi, beli jajan, pasti beli di sekitarnya. Semakin tambah omzetnya,” tambahnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi PKPLK Tatang Muttaqin menjelaskan bahwa prinsip swakelola memang dirancang untuk memastikan dana pembangunan berputar di tingkat lokal.
“Dengan begitu masyarakat memiliki pekerjaan dan penghasilan. Dan dari penghasilan tersebut dapat dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan keperluan lainnya,” ungkap Tatang.
Selain menciptakan Lapangan Kerja, proyek ini juga mendorong peningkatan kapasitas masyarakat setempat. Para tukang dan tenaga teknis lokal terlibat langsung dalam pembangunan, sekaligus memperoleh pengalaman baru yang bisa berguna untuk proyek-proyek berikutnya.
Program revitalisasi satuan pendidikan ini juga mencatat kenaikan signifikan di bidang pendidikan vokasi, dengan realisasi mencapai 1.943 satuan pendidikan, naik hampir dua kali lipat dari target awal 982 sekolah.
Dengan progres pembangunan mencapai 60 persen hingga September 2025, Kemendikdasmen menegaskan bahwa keberhasilan revitalisasi sekolah bukan semata soal gedung baru, tapi soal menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik dan ekonomi warga yang lebih hidup.
Gen Z Takeaway
Program revitalisasi sekolah bukan cuma soal ngecat tembok dan ganti bangku. Tapi juga soal ngasih napas ke ekonomi lokal. Tukang, warung, sampai pedagang kecil ikut ngerasain efek domino pembangunan.
Pendidikan naik, dompet warga juga ikut naik — win-win vibes banget jelang setahun pemerintahan Prabowo.
Ikuti perkembangan berita terkini ASTAKOM di GOOGLE NEWS