Astakom, Bogor – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi salah satu prioritas pemerintah tidak hanya menghadirkan manfaat gizi bagi anak sekolah dan kelompok rentan, tetapi juga membuka peluang kerja baru bagi masyarakat.
Di balik dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), banyak kisah inspiratif yang muncul, salah satunya dari Maya Melinda (20), seorang anak satpam yang kini bekerja sebagai petugas cuci ompreng.
Maya mengaku sangat bersyukur bisa bergabung dalam tim Dapur SPPG Babakan Madang, Sentul, Jawa Barat. Ia mengetahui adanya Lowongan Kerja dari media sosial dan memutuskan untuk melamar. Tujuannya sederhana: ingin membantu ayahnya yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga.
“Senang banget, program ini membuka peluang kerja. Senang sekali bisa masuk ke bagian MBG, sekaligus membantu keluarga,” ujarnya saat ditemui di lokasi dapur, Rabu (1/10).
Bagi Maya, pekerjaan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sumber nafkah yang bisa membantu menopang kehidupan keluarganya. Karena itu, ia sangat berharap agar program MBG tidak berhenti di tengah jalan.
“Semoga SPPG ini berkelanjutan, berkepanjangan. Kami senang bisa bergabung di MBG ini, mencari nafkah untuk keluarga. Semoga anak-anak sekolah penerima MBG juga bisa bahagia mendapatkannya,” lanjutnya dengan penuh harap.
Program MBG sendiri memang dirancang untuk memiliki dampak ganda. Selain memberikan makanan bergizi kepada siswa sekolah, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui, program ini juga membuka Lapangan Pekerjaan di tingkat lokal. Banyak warga yang sebelumnya tidak memiliki pekerjaan tetap kini bisa terlibat dalam rantai produksi dan distribusi makanan.
Maya bercerita tentang rutinitas sehari-harinya sebagai petugas cuci ompreng. Meski terdengar sederhana, pekerjaannya memerlukan ketelatenan dan kedisiplinan, terutama dalam menjaga standar kebersihan.
“Pertama, ompreng datang dari driver. Lalu dipisahkan makanan sisa dengan wadahnya. Setelah itu diberi air supaya kerak, terutama nasi, lebih mudah dibersihkan. Baru dicuci, digosok, dibilas, lalu di-open,” jelasnya.
Proses panjang itu dilakukan untuk memastikan wadah makanan bisa kembali higienis sebelum digunakan lagi. Menurut Maya, ada kalanya porsi makanan MBG tersisa setelah didistribusikan. “Kalau kelebihan porsi, biasanya dibawa lagi dan dimakan karyawan. Kadang seperti itu,” ungkapnya.
Maya adalah anak ketiga dari empat bersaudara. Dengan latar belakang ayah yang bekerja sebagai satpam, ia merasa terpanggil untuk ikut membantu ekonomi keluarga. Pekerjaan di Dapur MBG menjadi jawaban yang ia syukuri, karena selain bisa menghasilkan uang sendiri, ia juga bisa meringankan beban orang tua.
“Terima kasih kepada Bapak Presiden Prabowo Subianto. Saya senang bisa bergabung di SPPG ini, sehingga bisa memberikan hasil jerih payah saya kepada orang tua. Semoga program-program Bapak semakin amanah. Terima kasih,” pungkas Maya.
MBG, Antara Gizi dan Kesejahteraan
Kisah Maya hanyalah satu dari banyak cerita tentang bagaimana program MBG menghadirkan manfaat nyata bagi masyarakat. Di dapur-dapur SPPG yang tersebar di berbagai daerah, ada ratusan hingga ribuan tenaga kerja lokal yang dilibatkan. Mereka terdiri dari koki, petugas distribusi, tenaga kebersihan, hingga staf administrasi.
Selain itu, rantai pasok bahan makanan juga menggerakkan UMKM dan Koperasi Desa. Dari petani, nelayan, hingga pedagang kecil, semuanya ikut merasakan manfaat. Dengan kebutuhan harian ribuan porsi makanan, MBG menciptakan efek domino ekonomi yang berkelanjutan.
Maya adalah contoh nyata bagaimana sebuah program nasional bisa menyentuh kehidupan keluarga sederhana. Dari seorang anak satpam, kini ia bisa ikut menafkahi keluarga sambil memberi manfaat bagi ribuan anak sekolah yang menikmati makanan bergizi.
Lebih dari sekadar program bantuan gizi, MBG telah menjadi instrumen pemberdayaan sosial-ekonomi. Harapan Maya agar program ini terus berlanjut adalah suara yang mewakili ribuan pekerja dapur dan jutaan penerima manfaat di seluruh Indonesia.
Gen Z Takeaway
Dari dapur MBG, lahir cerita inspiratif Maya (20), anak seorang satpam, kini kerja di dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai petugas cuci ompreng. Dari info lowongan di medsos ➝ jadi rejeki nyata buat bantu nafkah keluarga. “Senang banget, program ini membuka peluang kerja. Senang sekali bisa masuk ke bagian MBG, sekaligus membantu keluarga,” kata Maya.
Rutinitasnya mungkin sederhana cuci ompreng, bersihin sisa nasi, gosok, bilas, repeat—tapi maknanya besar. Maya bisa bantu ayahnya, bikin hidup keluarga lebih ringan, sekaligus ikut jadi bagian dari program yang kasih ribuan anak sekolah makanan sehat tiap hari.
Maya juga nitip pesan: semoga program MBG terus berlanjut. Karena buat dia, ini bukan cuma soal kerjaan, tapi harapan masa depan. Dari seorang anak satpam, kini Maya buktiin kalau program nasional bisa nyentuh keluarga kecil, kasih manfaat gizi buat anak-anak, plus jadi ladang rezeki buat rakyat biasa.
Ikuti perkembangan berita terkini ASTAKOM di GOOGLE NEWS