astakom.com, Jakarta – Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyoroti tantangan baru yang kerap dihadapi angkatan kerja muda, khususnya Gen Z dalam memasuki dunia kerja.
Meski memiliki kemampuan teknis (hard skill), banyak perusahaan kini lebih menilai aspek keterampilan nonteknis (soft skill) yang justru masih dianggap lemah pada generasi ini.
Hal itu sebagaimana disampaikan Kepala Pusat Pasar Kerja Kemnaker, Surya Lukita di Jakarta, Jumat (26/9).
“Sekarang ini isunya bukan kemampuan teknis saja. Perusahaan itu lebih melihat di soft skill-nya anak-anak pencari kerja, ini yang kurang,” ujar Surya dalam keterangan tertulis, dikutip astakom.com, Sabtu (27/0).
“Makanya kan sekarang banyak isu kalau di media-media juga sering dibahas, perusahaan agak enggan mempekerjakan Gen Z,” tambahnya.
Menurut Surya, dari sisi kualifikasi pendidikan, kebutuhan pasar kerja masih cukup seimbang. Data Pusat Pasar Kerja menunjukkan 54,23 persen lowongan pekerjaan tersedia untuk lulusan SMA/SMK sederajat.
“Kalau kualifikasi pendidikan sebenarnya match-match saja (dengan kebutuhan pekerja). Ini isunya soft skill yang agak kurang,” katanya.
Ia menambahkan, karakteristik Gen Z dinilai kurang cocok untuk industri manufaktur atau pekerjaan buruh pabrik. Generasi ini lebih berpotensi di bidang digital, seperti konten kreator, live streaming, dan pekerjaan berbasis teknologi lainnya.
Namun demikian, Surya mengingatkan bahwa lapangan kerja terbesar di Indonesia saat ini masih didominasi sektor tradisional. Data per 4 September 2025 mencatat industri pengolahan menyerap tenaga kerja terbesar dengan 96.447 orang, diikuti sektor perdagangan 54.885 orang, serta sektor teknologi dan komunikasi 33.043 orang.
“Jadi Gen Z ini juga harus bisa menyesuaikan dengan pekerjaan yang akan dia kerjakan nanti. Mau tidak mau, harus. Jadi bukan pekerjaan yang menyesuaikan karakter Gen Z, tapi seharusnya Gen Z ini yang menyesuaikan keperluan karakter yang ada di perusahaan. Jangan dibalik,” tegas Surya.
Gen Z takeaway
Ternyata bukan cuma hard skill yang jadi tiket masuk kerja. Banyak perusahaan sekarang lebih ngincer soft skill—kayak komunikasi, teamwork, sampai attitude—yang katanya masih agak low di kalangan Gen Z. Walau passion kita di digital vibes kayak content creator & tech jobs, faktanya lapangan kerja terbesar masih di manufaktur & perdagangan.
Jadi, kuncinya: fleksibel + adaptif. Dunia kerja nggak selalu harus cocok sama kita, kadang kitanya yang kudu upgrade biar match sama kebutuhan industri.