astakom.com, Jakarta – Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menyebut kehadiran Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Umum ke-80 Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) akan menjadi momentum bersejarah.
Mantan Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) itu mengatakan, momen Presiden Prabowo berpidato di Sidang Umum ke-80 PBB, juga akan mengulang jejak perjuangan diplomasi yang dilakukan sang ayah, Sumitro Djojohadikusumo.
“Kami rakyat Indonesia berharap, sebagaimana almarhum Prof. Sumitro, Presiden Prabowo dapat terus memperjuangkan upaya dunia untuk memperkokoh multilateralisme,” ujar Dino dalam keterangan Badan Komunikasi Pemerintah, Sabtu (20/9).
Sumitro Djojohadikusumo pernah memimpin delegasi Indonesia di PBB pada periode 1948-1949. Itu merupakan masa-masa yang menentukan bagi Indonesia terkait posisinya di dunia.
Salah satu rekam jejak diplomasi Sumitro Djojohadikusumo adalah memorandum yang dikirim dari Kantor Perwakilan RI di PBB kepada Pejabat Menteri Luar Negeri AS Robert A. Lovett.
Memorandum yang mengecam agresi militer Belanda sebagai ancaman terhadap upaya membangun ketertiban dunia. Memorandum itu pun dimuat di The New York Times pada 21 Desember 1948.
Selain itu, Sumitro Djojohadikusumo juga membangun dukungan dengan negara-negara Asia. Salah satunya di India pada Januari 1949, ketika ia berhasil menggalang dukungan untuk menghentikan agresi Belanda dan menuntut pembebasan para pimpinan Republik. Puncaknya, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia lewat Konferensi Meja Bundar pada Desember 1949.
Multilateralisme dan diplomasi internasional
Dino melihat, agenda pidato Prabowo pada Sidang Umum PBB akan membawa angin segar di tengah merosotnya semangat multilateralisme global. “Multilateralisme di mana-mana kini sedang dalam kondisi terpuruk,” kata mantan Duta Besar RI untuk AS itu.
Sementara itu, Tenaga Ahli Utama Badan Komunikasi Pemerintah Hamdan Hamedan menyampaikan makna strategis dari pidato Prabowo di Sidang Umum PBB.
Prabowo dijadwalkan menjadi pembicara ketiga, setelah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
“Pada saat ruangan penuh, atensi dunia tertuju, dan pesan yang disampaikan dapat membentuk nada serta arah diskusi utama dalam Debat Umum Sidang Majelis Umum PBB,” ujar Hamdan.
Pidato Prabowo di Sidang Umum PBB akan menjadi momen penting untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai bangsa yang aktif dalam diplomasi internasional. Apalagi selama 10 tahun sebelumnya, Presiden Republik Indonesia selalu absen untuk hadir langsung dalam Sidang Umum PBB.
“Ini merupakan penampilan langsung Presiden Indonesia di forum UNGA setelah lebih dari satu dekade, menjadi momentum penting yang menegaskan peran Indonesia di garis depan diplomasi internasional serta komitmen terhadap penguatan multilateralisme,” ujar Hamdan.
Gen Z Takeaway
Menurut mantan Wamenlu Dino Patti Djalal, pidato Presiden Prabowo di Sidang Umum ke-80 PBB punya momen sejarah. Karena pada 1948, ayah presiden, Sumitro Djojohadikusumo pernah melakukannya. Dino juga bilang keduanya memiliki kesamaan dalam hal perjuangan diplomasi internasional. Apalagi udah 10 tahun pemimpin Indonesia absen dalam forum tersebut.