astakom.com, Jakarta – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tetap menunjukkan ketangguhannya meski dinamika sosial dan politik dalam negeri belakangan ini sempat memberikan tekanan.
Para analis menilai, sentimen tersebut hanya bersifat jangka pendek dan tidak mengganggu fundamental ekonomi nasional yang masih kuat. Salah satunya Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus.
Ia menegaskan, bahwa gejolak sosial politik akibat aksi demonstrasi yang terjadi beberapa hari terakhir memang memengaruhi pasar. Namun, kata dia, dampaknya tidak bertahan lama.
“Gejolak dari sisi politik tentu memberikan tekanan, tapi hanya secara jangka pendek. Karena, kami melihat fundamental ekonomi Indonesia itu masih dalam keadaan baik, sehat, dan kuat,” ujar Nico dalam keterangannya, dikutip astakom.com, Rabu (3/9).
Optimisme tersebut tercermin dari sejumlah indikator ekonomi terbaru. Indeks PMI Manufaktur Indonesia pada Agustus 2025 salah satunya, yang terpantau naik ke level 51,5, menandai ekspansi pertama setelah lima bulan mengalami kontraksi.
Neraca perdagangan Juli 2025 juga mencatat surplus 4,18 miliar dolar AS, sementara inflasi IHK Agustus 2025 melandai menjadi 2,31 persen year on year (yoy) dengan deflasi tipis 0,08 persen month to month (mtm).
“PMI manufaktur Indonesia yang kalau kita lihat cukup baik adanya, pada akhirnya mengalami kenaikan hingga di atas level 50. Itu artinya bahwa indeks manufaktur kita mampu kembali bangkit,” jelas Nico.
Dari sisi global, pelaku pasar masih menanti rilis data ketenagakerjaan Amerika Serikat. Menurut Nico, jika data tersebut menunjukkan pelemahan lebih cepat, peluang The Federal Reserve untuk memangkas suku bunga akan semakin terbuka.
“Kalau misalkan data dari sisi ketenagakerjaan AS mengalami penurunan lebih cepat, itu artinya peluang The Fed untuk memangkas tingkat suku bunganya juga akan jauh lebih besar,” katanya.
Di tengah kondisi ini, Nico menyarankan investor untuk tetap selektif. Saham-saham yang terkoreksi namun memiliki fundamental kuat direkomendasikan untuk dikoleksi. Selain itu, alokasi aset dapat dialihkan sementara ke obligasi atau deposito untuk menjaga return investasi.
“Atau bisa melakukan alokasi aset dari saham mungkin ke obligasi ataupun deposito. Yang paling penting untuk menjaga expected return kita dalam investasi tetap tercapai,” ujarnya.
Sementara itu, data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa sore menunjukkan kinerja pasar yang positif. IHSG ditutup menguat 65,52 poin atau 0,85 persen ke level 7.801,59. Indeks LQ45 juga naik 4,55 poin atau 0,58 persen ke posisi 793,25.
Aktivitas transaksi terbilang ramai dengan 1,92 juta kali perdagangan. Total volume saham mencapai 34,42 miliar lembar senilai Rp14,64 triliun. Dari keseluruhan saham, 578 menguat, 126 melemah, dan 99 stagnan.
Gen Z Takeaway
IHSG lagi buktiin kalau ekonomi Indonesia tuh mentalnya baja banget, meski politik sempat bikin pasar goyang, tapi dampaknya tak berlangsung lama. Data PMI manufaktur udah balik ekspansi, surplus dagang jalan terus, inflasi juga adem. Ini tuh bukti kalau fundamental ekonomi mantul (mantap betul).
Jadi investor nggak perlu panik, kata analis malah momen ini bagus buat koleksi saham-saham fundamental kuat, atau kalau lagi was-was bisa parkirin dulu ke obligasi/deposito biar cuan tetep aman.