astakom.com, Jakarta – Presiden Prabowo Subianto kembali menjadi Inspektur Upacara dalam acara penurunan bendera merah putih, di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Sabtu (17/8), sore.
Seperti halnya saat menjadi Inspektur Upacara pada acara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan pagi hari, Prabowo tetap tampil mengenakan Pakaian adat.
Jika pada pengibaran Merah Putih pagi hari Presiden tampil mengenakan pakaian berwarna putih gading, pada acara penurunan bendera sore hari, Kepala Negara tampil dengan baju kurung (beskap) melayu berwarna biru dongker.
Penampilan Presiden juga dilengkapi dengan hiasan kepala, berupa lipatan kain yang dililitkan. Dalam budaya Melayu, kain hiasan kepala itu disebut ‘Tanjak Melayu’.
Tanjak tersebut bermotif geometris dengan warna biru keperakan itu senada dengan busana yang dikenakan. Tanjak biru muda itu berbentuk runcing ke atas.
Makna tanjak Melayu
Merangkum dari berbagai sumber, tanjak berasal dari Bahasa Melayu Palembang yakni ‘tanjak’ atau ‘nanjak’ yang berarti naik atau menjulang ke tempat yang tinggi.
Tanjak biasanya dikenakan oleh pembesar, bangsawan, atau tokoh Masyarakat. Bentuk tanjak yang menjulang ke atas seperti “ Elang Menyongsong Angin”, melambangkan semangat kepemimpinan.
Tanjak yang dikenakan Prabowo, seperti “pucuk pisang” melambangkan kebijaksanaan dan kecermatan bertindak.
Adapun simpul pada tanjak melambangkan persatuan dan ikatan, baik dalam keluarga maupun Masyarakat. Selain makna simbolis, tanjak juga berfungsi sebagai hiasan yang memperindah penampilan.
Warna biru pada tanjak yang dikenakan Prabowo melambangkan ketenangan, kebijaksanaan, serta kedalaman hati seorang pemimpin.
Tanjak sendiri merupakan penutup kepala khas Melayu yang secara turun temurun dipakai sebagai simbol martabat kehormatan, sekaligus jati diri sesorang lelaki Melayu.
Presiden memadukan tanjak biru dengan baju kurung Melayu bernuansa senada, dilengkapi kain songket yang melingkar di pinggangnya.
Penampilan tersebut memberi kesan khidmat sekaligus menunjukkan penghormatan kepada budaya Nusantara.
Penampilan Presiden Prabowo pada sore hari ini melengkapi rangkaian upacara kemerdekaan yang berlangsung khidmat sejak pagi hingga petang.
Dengan busana adat Melayu dan tanjak biru, upacara penurunan bendera HUT ke-80 RI di Istana Merdeka menjadi momen penuh simbol dan sarat makna bagi perjalanan bangsa.
Makna filosofis tanjak
Tanjak atau tengkolok – di beberapa daerah disebut destar, merupakan penutup kepala khas Melayu yang sarat makna. Bukan sekadar hiasan, tanjak juga dipandang sebagai simbol martabat kehormatan.
Sejak lama tanjak dikenakan oleh kaum lelaki. Pemakaian tanjak mencerminkan status sosial sekaligus menunjukkan bahwa pemakainya memiliki wibawa dan kedudukan terhormat. Oleh karena itu, di Melayu dikenal pula pepatah ”Tak Melayu kalau tak bertanjak”.
Tanjak bukan hanya sekadar hiasan penutup kepala, tetapi juga cerminan nilai-nilai luhur budaya Melayu.
Ikuti perkembangan berita terkini ASTAKOM di GOOGLE NEWS