astakom.com, Jakarta – Nama Sonny Pudjisasono mendadak ramai diperbincangkan di media sosial. Produser eksekutif di balik film animasi “Merah Putih One for All” ini tengah berada di pusaran kritik warganet.
Film yang dijadwalkan tayang 14 Agustus 2025 untuk menyambut HUT ke-80 RI itu menuai cibiran karena kualitas visualnya dianggap di bawah standar, meski dikabarkan menelan biaya produksi miliaran rupiah.
Profil Sonny Pudjisasono
Sonny lahir di Singaraja pada 21 Januari 1959 dan kini berusia 66 tahun. Ia menamatkan pendidikan SMA di Surabaya sebelum meraih gelar Sarjana Hukum dari Universitas Bayangkara Surabaya.
Kariernya di industri hiburan dimulai sejak 1977 sebagai pengusaha bioskop keliling hingga 2022.
Sonny kemudian dipercaya menjadi Direktur Utama Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail (PPHUI) yang berperan penting dalam mengembangkan ekosistem perfilman nasional.
Ia juga memimpin Perfiki Kreasindo, rumah produksi film “Merah Putih One for All”.
Selain di perfilman, Sonny juga punya jejak di dunia politik. Ia pernah menjabat Ketua Umum Partai Buruh (2010–2015) dan mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari Dapil Papua Tengah I, meski tidak terpilih.
Sonny juga menjabat Ketua Harian Partai Berkarya (2017–2020) dan kini memimpin Majelis Pertimbangan Organisasi Serikat Buruh Perjuangan Indonesia periode 2021–2027.
Berbagai posisi strategis pernah ia emban, seperti Komisaris Utama Midessa Sasono Picture, Stackholder Badan Perfilman Indonesia, hingga Direktur Perfiki Law Firm.
Kontroversi Anggaran Produksi
Menanggapi kritik, Sonny membenarkan bahwa biaya produksi film tersebut mencapai lebih dari Rp6,7 miliar.
Namun menurutnya, angka itu justru tergolong kecil dibanding film animasi lain.
“Kalau dibandingkan dengan produksi animator luar negeri, biayanya sangat besar. Kami membuat film ini dengan semangat gotong royong untuk bangsa,” ujarnya, dikutip astakom.com, Rabu (13/8).
Ia menegaskan, anggaran itu belum termasuk biaya promosi seperti gala premiere.
Sonny menyebut pembuatan film ini dilandasi keinginan memberikan sumbangsih di peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia.
“Kita ingin para pekerja kreatif perfilman Indonesia memberikan sesuatu yang membanggakan di hari kemerdekaan,” katanya.
Meski hasilnya menuai perdebatan, Sonny menilai proyek ini tetap menjadi kontribusi penting bagi industri animasi lokal.