astakom.com, Jakarta – Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, menegaskan bahwa pihaknya tidak terlibat dalam pendanaan maupun produksi film animasi Merah Putih: One for All. Film yang diproduksi Perfiki Kreasindo tersebut saat ini ramai menjadi sorotan warganet.
Irene menjelaskan bahwa keterlibatan kementeriannya hanya sebatas menerima audiensi dari tim produksi beberapa waktu lalu. Dalam pertemuan tersebut, ia mengaku memberikan masukan, namun tidak ada dukungan anggaran atau fasilitas promosi.
“Audiensi itu bentuk dukungan moral pemerintah kepada pelaku kreatif. Tapi kami tidak memberikan bantuan finansial dan tidak menyediakan fasilitas promosi,” tulis Irene di akun Instagram pribadinya @irene.umar, dikutip astakom.com, Selasa (12/8).
Film Merah Putih: One for All menjadi perbincangan setelah poster dan trailernya dirilis di media sosial. Dengan biaya produksi sekitar Rp6,7 miliar, film ini mengusung tema kebangsaan dan menampilkan delapan karakter anak-anak dengan latar bendera Merah Putih.
Di poster juga terpampang logo HUT ke-80 Kemerdekaan RI. Film ini dijadwalkan tayang di bioskop pada Kamis, 14 Agustus 2025.
Diproduseri Toto Soegriwo dengan dukungan Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail, film ini digarap sutradara sekaligus penulis naskah Endiarto dan Bintang Takari. Perfiki Kreasindo mengklaimnya sebagai film animasi anak Indonesia pertama bertema kebangsaan.
Namun, tidak semua tanggapan publik bernada positif. Seperti diberitakan sebelumnya oleh astakom.com, sutradara Hanung Bramantyo menjadi salah satu pihak yang mengkritik. Ia mempertanyakan bagaimana film ini bisa mendapatkan jadwal tayang di tengah antrean ratusan film Indonesia lainnya.
“Kok bisa dapat tanggal tayang di tengah 200 judul film Indonesia yang antre?” tulis Hanung di akun Instagram @hanungbramantyo, Minggu (10/8).
Hanung juga menyoroti kualitas trailer yang dinilai di bawah standar industri film animasi. Menurutnya, penonton bisa saja menolak menonton jika kualitas tersebut dipertahankan.
Ia membandingkan bahwa bujet produksi animasi umumnya berada di kisaran Rp30–40 miliar, di luar biaya promosi, jauh di atas angka Rp6,7 miliar yang digunakan untuk Merah Putih: One for All.
Kontroversi ini membuat film Merah Putih: One for All terus dibicarakan, bahkan sebelum resmi dirilis di layar lebar.