astakom, Jakarta – Modernisasi Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) pertahanan terus dilakukan pemerintah Indonesia. Terakhir, Indonesia dilaporkan telah membuat sebuah lompatan strategis dalam postur pertahanannya dengan mengoperasikan sistem rudal balistik taktis (ITBM) KHAN.
Senjata strategis buatan raksasa pertahanan Turki, Roketsan, ini disinyalir telah ditempatkan di Markas Batalion Artileri Medan ke-18 (Yonarmed 18/Buritkang Tenggarong, Kalimantan Timur, sejak 1 Agustus 2025.
Penempatan KHAN menjadikan Indonesia sebagai negara pertama di ASEAN yang memiliki sistem rudal balistik, sekaligus meningkatkan kemampuan deterens militer Indonesia di kawasan.
Kabar yang beredar kencang di kalangan pemerhati pertahanan itu pertama kali diungkapkan oleh platform pertahanan Sahabat Keris, yang kemudian dikutip oleh Defence Blog, hingga Army Recognition.
Dalam laporannya yang berjudul “Indonesia Acquires Tactical Srike Capability for First Time with Arrival of Turkish KHAN Ballistic System”, platform media digital yang berbasis di Belgia itu, menyebut kedatangan sistem rudal balistik KHAN di Indonesia menandai perkembangan penting dalam postur pencegahan strategis negara ini, pada Rabu (5/8).
Menurut Army Recognition, KHAN dikerahkan untuk pertama kalinya di tanah Indonesia. Sistem rancangan Turki ini memiliki kemampuan rudal balistik taktis yang pertama dimiliki Angkatan Bersenjata Indonesia.
Informasi yang dipublikasikan pada 1 Agustus 2025, melalui serangkaian foto di Facebook oleh platform pertahanan Sahabat Keris ini, juga menampilkan sistem KHAN ITBM-600 yang ditempatkan di pangkalan Raipur A Yonarmed 18/Buritkang, di Kalimantan Timur.
Pengerahan tersebut didokumentasikan melalui gambar-gambar eksklusif yang dipublikasikan oleh Sahabat Keris, yang menunjukkan sistem tersebut siap untuk penggunaan operasional.
Rudal Balistik KHAN
Masih menurut Army Recognition, sistem KHAN adalah rudal balistik taktis yang dikembangkan oleh Roketsan dari Turki dan baru-baru ini diakuisisi oleh Indonesia dalam varian ITBM-600.
Dirancang untuk memberikan serangan presisi jarak jauh, rudal ini dipasang pada platform bergerak Tatra 8×8 yang memastikan mobilitas tinggi di berbagai medan dan memungkinkan penyebaran yang cepat dan rahasia.
KHAN memiliki bobot 2.500 kg dan berdiameter 610 mm, dengan jangkauan maksimum 280 km. Rudal ini dirancang untuk menyerang target strategis di luar garis depan, termasuk pusat komando, infrastruktur yang dibentengi, dan konsentrasi pasukan.
Rudal ini dipandu oleh sistem navigasi hibrida yang menggabungkan GPS, GLONASS, dan panduan inersia, memastikan akurasi yang andal bahkan di lingkungan yang diperebutkan secara elektronik.
Sistem KHAN memberikan kemampuan ofensif yang kredibel sekaligus mempertahankan daya tahan tinggi melalui mobilitas taktis. Konfigurasinya yang mobile memungkinkan reposisi cepat, sehingga mengurangi risiko serangan balik.
Meskipun tidak dilengkapi sistem proteksi aktif terintegrasi, konsep operasionalnya mengandalkan penyembunyian, penyebaran cepat, dan kemampuan untuk melakukan serangan mendalam.
Muatannya, meskipun tidak dirinci secara publik, dapat menampung berbagai jenis hulu ledak, sehingga memungkinkan sistem ini diadaptasi untuk berbagai profil misi, mulai dari pencegahan konvensional hingga operasi tertarget.
“Dengan demikian, sistem KHAN sesuai dengan kebutuhan operasional Indonesia, terutama mengingat kondisi geografisnya yang berupa kepulauan,” tulis Army Recogniton, dikutip astakom.com, Minggu (10/8).
Program KHAN merupakan hasil kontrak tahun 2022 antara Indonesia dan Roketsan Turki. Perjanjian ini mencakup transfer teknologi balistik tercanggih Turki ke Asia Tenggara.
Model ITBM-600 yang dipilih Jakarta merupakan varian ekspor paling mumpuni yang dikembangkan oleh Roketsan, dengan memanfaatkan pengalaman operasional dari Angkatan Bersenjata Turki.
Dipasang pada sasis Tatra 8×8, mobilitas sistem ini sangat sesuai untuk medan Indonesia yang terisolasi. Platform mobilitas tinggi ini memungkinkan aktivasi cepat dan relokasi fleksibel, yang berkontribusi pada kemampuan bertahan sistem dalam situasi yang diperebutkan.
“Fleksibilitas taktis ini penting untuk merespons ancaman yang berkembang pesat di lingkungan yang kompleks,” tandas laporan Army Recognition.
Secara teknis, rudal KHAN memiliki jangkauan maksimum 280 kilometer, memberikan Indonesia kemampuan serang yang melampaui sistem artileri tradisional.
Panduan hibridanya—menggunakan GPS dan GLONASS di samping navigasi inersia—memastikan penargetan yang akurat bahkan saat terjadi gangguan.
Rudal seberat 2.500 kg, dengan diameter 610 mm, mencerminkan keseimbangan antara jangkauan, akurasi, dan kapasitas muatan. Rudal ini mampu menyerang target bernilai tinggi dalam kondisi operasional yang menantang.
Sistem ini juga diuntungkan karena telah terintegrasi sebelumnya dengan Angkatan Bersenjata Turki, yang mengurangi risiko implementasi bagi Indonesia.
Ketersediaan prosedur pemeliharaan dan protokol pelatihan yang mapan memperlancar adopsi sistem dan memfasilitasi integrasi yang cepat ke dalam unit-unit Indonesia.
Pengerahan KHAN sejalan dengan prioritas strategis yang telah digariskan sebelumnya oleh otoritas pertahanan Indonesia, khususnya perluasan kemampuan rudal dan artileri.
Hal ini mengisi kesenjangan kemampuan yang krusial dengan menawarkan opsi serangan presisi jarak jauh dan meningkatkan pencegahan konvensional negara.
Perkembangan ini memberi Indonesia kemampuan untuk menargetkan ancaman di luar perbatasannya, memberikan keamanan tambahan bagi wilayah maritimnya, dan menandakan niat yang jelas untuk melindungi kepentingan nasional.
Sesuai Kebijakan Non-blok
Di kawasan yang dicirikan oleh dinamika keamanan yang terus berkembang, operasionalisasi sistem KHAN memperkuat postur pertahanan Indonesia tanpa menyimpang dari kebijakan luar negeri non-blok yang tradisional.
Sistem ini menawarkan otonomi operasional, yang memungkinkan Indonesia untuk merespons ketegangan regional tanpa bergantung pada dukungan militer eksternal.
Di tingkat bilateral, akuisisi ini mencerminkan hubungan industri pertahanan yang semakin erat antara Turki dan Indonesia.
Selain transfer peralatan, kedua negara kini tengah menjajaki kerja sama dalam produksi lokal dan proyek pertahanan bersama. Program KHAN dapat membuka peluang kolaborasi yang lebih luas di sektor pertahanan.
Secara regional, penambahan kemampuan balistik ini ke dalam persenjataan Indonesia kemungkinan akan menarik perhatian militer negara-negara Asia Tenggara lainnya.
Hal ini dapat mendorong negara-negara tetangga untuk menyesuaikan postur kekuatan mereka atau mencari teknologi yang sebanding.
Akuisisi Indonesia ini menggarisbawahi niatnya untuk mempertahankan otonomi strategis melalui akses ke sistem canggih, bahkan di tengah keterbatasan finansial.