astakom, Tangerang Selatan – Di tengah meningkatnya kekhawatiran soal sampah plastik, dua anak muda asal Tangerang Selatan, Ardianto Prabowo atau akrab disapa Bowo, dan Putri, memilih untuk bertindak. Mereka adalah penggerak Komunitas Guna Ulang Aja (GUA), sebuah komunitas yang fokus pada edukasi penggunaan barang (wadah) guna ulang demi mengurangi timbulan sampah kemasan sekali pakai.
Bowo dan Putri baru-baru ini bercerita seputar aktivitasnya mengkampanyekan gerakan hemat sampah di Go Podcast. Bowo mahasiswa semester delapan yang juga tengah membuat film bertema lingkungan, mengaku kegelisahannya bermula dari hal sederhana. “Setiap lewat kampus, tong sampah selalu penuh. Risih juga lihatnya. Dari situ saya berpikir, kenapa sampah bisa sebanyak ini?” ungkapnya.
Sementara Putri mengaku mulai peduli lingkungan sejak sering melihat tumpukan sampah di pinggir jalan saat berangkat berkegiatan. Awalnya ia ingin langsung memungut sampah, namun kemudian mencari cara yang lebih efektif. “Ternyata ada komunitas yang fokus mengedukasi penggunaan barang berulang kali. Simpel, tapi berdampak,” katanya.
Komunitas GUA resmi berdiri pada Februari 2023, bertepatan dengan Hari Peduli Sampah Nasional. Momen itu dipilih sebagai pengingat tragedi meledaknya TPA Leuwigajah, Bandung, pada 2005, yang menelan banyak korban jiwa. “Sejarah itu jadi peringatan bahwa pengelolaan sampah yang buruk bisa berakibat fatal,” jelas Bowo.
Di Tangerang Selatan sendiri, Komunitas GUA menyoroti kondisi TPA Cipeucang yang mengalami penumpukan masif dalam lima tahun terakhir. Bahkan, kantor UPTD TPA harus dipindahkan karena tertimbun sampah, dengan bau menyengat yang tercium hingga radius satu kilometer.
Komunitas GUA bernaung di bawah Yayasan Imaji Hijau Nusantara dan memiliki koneksi dengan portal berita envira.id yang fokus pada isu lingkungan. Founder yayasan ingin perjuangan ini dilanjutkan oleh generasi muda, terutama Gen Z dan generasi Alpha.
Fokus utama Komunitas GUA adalah pada prinsip “reuse” atau guna ulang, salah satu dari konsep 3R (reduce, reuse, recycle). Menurut Bowo, di Tangerang Selatan belum ada komunitas yang fokus murni di bidang ini. “Reuse itu praktik langsung. Misalnya pakai tumbler atau kotak makan, cuci, pakai lagi,” ujarnya.
Tren membawa tumbler memang mulai meningkat, terutama di kalangan mahasiswa. Namun Bowo mengingatkan, kebiasaan membawa barang guna ulang perlu terus ditularkan. Bahkan, Komunitas GUA pernah diundang ke pameran koleksi seribu tumbler dari berbagai negara sebagai bentuk kampanye unik.
Bagi Komunitas GUA, gaya hidup reuse adalah langkah pencegahan yang efektif. Mereka meyakini, mengurangi sampah dari sumbernya akan lebih mudah daripada mengolah sampah yang sudah menumpuk.
Harapannya, gerakan ini bisa menjadi inspirasi bagi daerah lain. “Kami ingin komunitas seperti Komunitas GUA hadir di seluruh Indonesia. Karena masalah sampah itu bukan hanya di kota besar, tapi juga di daerah,” pungkas Bowo.