astakom, Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan signifikan dalam penerbitan surat utang berbasis prinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) di pasar modal Indonesia.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan, Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mencatat total nilai emisi surat utang EGS hingga 11 Juni 2025, mencapai Rp65,77 triliun.
“Hingga 11 Juni 2025 telah terdapat penerbitan surat utang berlandasan keberlanjutan, dengan total nilai emisi mencapai Rp65,77 triliun,” ujar Inarno dalam ajang Environmental Social Governance (ESG) Award 2025 Kehati, dikutip astakom.com, Kamis (31/7).
Inarno merinci, komposisi surat utang tersebut didominasi oleh green bond senilai Rp31 triliun, diikuti social bond sebesar Rp18,5 triliun, dan sustainability bond sebesar Rp14,6 triliun. “Dan yang terbaru penerbitan sustainability link bond senilai Rp1 triliun,” tambahnya.
Menurut Inarno, angka tersebut mencerminkan komitmen kuat para pelaku pasar modal terhadap transisi menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan.
“Penerbitan ini menjadi bukti nyata kontribusi investasi di Indonesia yang menunjukkan respons pasar yang adaptif terhadap ekonomi berkelanjutan,” ujarnya.
Tak hanya dari sisi surat utang, produk investasi berbasis ESG juga tumbuh dalam bentuk reksadana. Hingga 11 Juli 2025, tercatat 38 produk reksadana ESG yang dikelola oleh 24 manajer investasi dengan total aset kelolaan (AUM) mencapai Rp10,09 triliun.
Reksadana indeks disebut menjadi kontributor terbesar, menyumbang 53,46 persen dari total AUM, yang didorong oleh kinerja positif Indeks SRI-KEHATI yang mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam seleksi saham.
OJK pun memberikan apresiasi kepada berbagai pihak yang terlibat aktif dalam pengembangan investasi hijau di Indonesia.
“OJK memberikan apresiasi kepada Yayasan Kehati, Bursa Efek Indonesia, dan seluruh pemangku kepentingan yang telah berperan aktif dalam pengembangan instrumen investasi berkelanjutan ini,” kata Inarno.
Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa pasar modal Indonesia semakin menunjukkan arah yang positif menuju prinsip ekonomi hijau.
“Berdasar data per Juni 2025 indeks saham ESG terus menunjukkan daya tarik yang kuat sebagai instrumen investasi yang mencerminkan prinsip keberlanjutan. Kondisi ini mencerminkan respons pasar yang adaptif terhadap kondisi ekonomi,” pungkasnya.