astakom, Jakarta – Setelah melalui proses yang berliku dan diplomasi maraton selama hampir empat bulan, Indonesia akhirnya berhasil mencapai kesepakatan penting dengan Amerika Serikat (AS) terkait penurunan tarif resiprokal.
Tarif yang semula ditetapkan sebesar 32 persen oleh AS kini berhasil ditekan menjadi 19 persen, sebuah capaian bersejarah yang disebut sebagai hasil dari diplomasi strategis dan pendekatan humanis oleh pemerintah.
Baca juga
Negosiasi ini bermula sejak 2 April 2025, ketika Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan tarif resiprokal terhadap 180 negara, termasuk Indonesia, yang dikenai tarif tinggi sebesar 32 persen.
Pemerintah Indonesia pun merespons cepat dengan menggelar rapat koordinasi dan membentuk Tim Negosiasi yang dipimpin langsung oleh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
“Seluruh proses negosiasi dan kerja sama internasional yang tengah dijalankan Pemerintah terus dilakukan dengan berlandaskan pada kepentingan nasional (national interest),” tegas Juru Bicara Kemenko Perekonomian, Haryo Limanseto, dikutip astakom.com, Jumat (1/8).
Setelahnya, Presiden AS Donald Trump mengeluarkan kebijakan penundaan tarif selama 90 hari pada 9 April 2025. Menyusul kebijakan ini, Indonesia langsung mengirim delegasi pertama ke Washington D.C. pada 14–23 April 2025.
Pertemuan dengan pejabat tinggi AS seperti US Trade Representative dan Secretary of Commerce menghasilkan Non-Disclosure Agreement (NDA) kala itu menjadi fondasi teknis perundingan.
Sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto, Indonesia mengusung strategi Pak-Pok atau perdagangan yang adil dan seimbang (fair and square), seraya menawarkan kerja sama investasi, perdagangan, dan akses pasar guna menyeimbangkan neraca dagang.
“Presiden Prabowo Subianto mengarahkan untuk merespons secara komersial dengan menawarkan kerja sama perdagangan, investasi, dan akses pasar,” tulis siaran resmi Kemenko Perekonomian.
Langkah konkret pun ditempuh. Pada 7 Juli 2025, sejumlah perusahaan Indonesia dan AS menandatangani kerja sama perdagangan. Namun, Trump kembali mengejutkan dengan mengirim surat ke Prabowo, dimana tarif 32 persen tetap berlaku mulai 1 Agustus.
Menanggapi hal itu, tim negosiator kembali terbang ke AS pada 9 Juli 2025 untuk melakukan pertemuan lanjutan dengan pihak terkait dari pemerintah AS, dan melaporkannya secara komprehensif kepada Presiden Prabowo.
Sebagai komitmen Prabowo dalam mewujudkan kesepakatan dagang yang berpihak pada kepentingan nasional, dilakukan negosiasi tingkat tinggi langsung antara Presiden Prabowo dan Trump.
Hasilnya? Pada 16 Juli 2025, tercapai kesepakatan penurunan tarif menjadi 19 persen. Trump yang mengumumkan langsung hasil kesepakatan pun sempat memuji Presiden Prabowo sebagai pemimpin negara yang hebat.
“Kesepakatan ini merupakan bagian dari paket lengkap kerja sama komprehensif yang mencakup aspek tarif, non-tarif, dan penguatan hubungan komersial. Indonesia menjadi salah satu negara tercepat yang berhasil mencapai kesepakatan perdagangan ini,” ujar Haryo.
Pemerintah AS pun merilis Joint Statement pada 22 Juli 2025. Meski bersifat deklaratif, dokumen ini akan menjadi dasar finalisasi kesepakatan resmi yang akan dituangkan dalam perjanjian terpisah.
Menko Airlangga Hartarto menilai kunci keberhasilan ini terletak pada strategi human interface, yaitu pendekatan langsung dan intensif antar pejabat. “Diskusi negosiasi dapat dilakukan dengan pendekatan yang lebih intensif, lebih terbuka, dan dapat dengan mudah mencapai kesepakatan,” tuturnya.
Sebagai negara mitra ekspor terbesar kedua Indonesia, kerja sama dengan AS bernilai ekonomi hingga USD30 triliun. Penurunan tarif ini diyakini mampu memperluas akses pasar, meningkatkan daya saing, dan melindungi sektor padat karya yang menyerap 5,3 juta pekerja.