Sabtu, 2 Agu 2025
Sabtu, 2 Agustus 2025

Dari Donggala untuk Dunia: Enam Desa Bergerak Selamatkan Mangrove

astakom, Donggala – Ada yang berbeda di Pantai Baturuko, Desa Lalombi. Ratusan orang berkumpul, mulai dari pemerintah daerah, komunitas anak muda, jurnalis, hingga warga pesisir. Mereka bukan sekadar hadir, tapi ikut meluncurkan gerakan besar rehabilitasi mangrove yang digagas Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia bersama Yayasan Bonebula.

Aksi ini bukan acara seremonial biasa. Ia adalah kado dari masyarakat pesisir Donggala untuk Hari Mangrove Sedunia 2025.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program SOLUSI (Solusi Pengelolaan Lanskap Darat dan Laut Terpadu di Indonesia), yang didukung Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) bersama konsorsium mitra. Program ini menjadi jembatan antara pemerintah Indonesia (BAPPENAS) dan pemerintah Jerman (BMUV) lewat Inisiatif Iklim Internasional (IKI).

“Melalui aksi ini, kami ingin menunjukkan bahwa pemulihan ekosistem mangrove bukan hanya soal menanam pohon, tetapi tentang mengembalikan fungsi ekologis dan sosial kawasan pesisir,” tegas Andi Anwar, Direktur Eksekutif Yayasan Bonebula, Jumat (1/8).

Ia menambahkan, semua proses dirancang partisipatif.

“Prosesnya kami rancang secara partisipatif, dari pemetaan, desain teknis, hingga pemantauan, agar masyarakat benar-benar menjadi pemilik inisiatif ini,” lanjutnya.

Rehabilitasi mangrove akan dilakukan di enam titik: Desa Lalombi, Tolongano, Tompe, Lompio, Kelurahan Labuan Bajo, dan Tanjung Batu. Totalnya, 25 hektare lahan akan dipulihkan dengan metode Ecological Mangrove Rehabilitation (EMR), Assisted Natural Regeneration (ANR), penanaman langsung, hingga penyebaran benih.

Direktur Eksekutif YKL Indonesia, Nirwan Dessibali, menegaskan bahwa inti dari gerakan ini ada pada masyarakat.

“Kami percaya kekuatan aksi lokal. Enam desa ini telah melalui tahapan panjang, studi pustaka, pemetaan partisipatif, hingga pengesahan rencana rehabilitasi yang clear and clean. Ini bukan hanya soal teknik, tapi juga membangun rasa kepemilikan masyarakat terhadap kawasan mangrove mereka,” ujarnya.

Tak hanya menanam, program ini akan diawasi ketat lewat monitoring, evaluasi, dan perawatan selama dua tahun penuh. Data pertumbuhan mangrove akan dicatat sebagai bahan pembelajaran bagi daerah lain.

Nirwan berharap, hutan mangrove kembali mendapat tempat di hati masyarakat.

“Masyarakat Donggala diharapkan semakin sadar pentingnya hutan mangrove sebagai benteng alami dari abrasi dan perubahan iklim, sekaligus sebagai penyokong utama ekonomi pesisir yang berkelanjutan,” ungkapnya.

Firda, ketua kelompok masyarakat SALAMA (Sahabat Laut dan Mangrove), juga merasakan manfaat langsung dari aksi ini.

“Sekarang kami mengetahui cara menanam mangrove yang baik. Bukan hanya sekedar menanam, perlu tau lokasinya apakah sesuai dan apa yang perlu dilakukan sehingga tanaman tumbuh dengan baik,” jelasnya.

Rubrik Sama :

Skandal Beras Oplosan: DPR RI, Presiden Prabowo, dan Satgas Pangan Siap ‘Perang’

astakom, Jakarta – Aroma busuk praktik pengoplosan beras kian menyeruak. Bukan hanya merugikan rakyat kecil, aksi culas ini disebut melibatkan pengusaha besar yang bermain di...

Ahmad Muzani Sekjen Gerindra Yang Lantik Prabowo Jadi Presiden

astakom, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Gerindra H Ahmad Muzani, telah menggawangi tugas kesekretariatan DPP Partai besutan Prabowo sejak didirikannya pada tahun 2008 -...

Rahayu Saraswati: Perdagangan Orang Itu “Tercela”, Bukan Sekadar Isu tapi Soal Hidup dan Mati

Astakom, Jakarta – Dengan suara tegas, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, Ketua JARNAS Anti TPPO sekaligus Anggota DPR RI Komisi VII, mengingatkan bahwa perdagangan orang adalah kejahatan...

Kemenko Polkam Gaspol Kawal Program Strategis Nasional di NTT

Pemerintah Pusat melalui Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Kemenko Polkam) melakukan kunjungan kerja ke Nusa Tenggara Timur (NTT), guna mempercepat pelaksanaan Program Prioritas Nasional di sana.
Cover Majalah

Update