astakom, Jakarta – CEO Danantara, Rosan Roeslani menegaskan pentingnya integritas dalam pengelolaan laporan keuangan perusahaan, khususnya bagi para pimpinan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Ia menyatakan tidak ada lagi toleransi terhadap praktik manipulasi laporan keuangan atau financial engineering, yang bisa berujung pada tindak fraud di tubuh BUMN.
Baca juga
“Kita enggak ada toleransi lagi untuk yang macam-macam yang aneh-aneh. Ibaratnya buku percantik segala macam, enggak ada. Berikan sesuai dengan operasional yang ada dan apa adanya,” tegas Rosan dalam keterangannya, dikutip astakom.com, Kamis (31/7).
Untuk memperkuat nilai tersebut, Danantara secara resmi meluncurkan Danantara University, sebuah inisiatif pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang difokuskan pada peningkatan kapasitas para CEO dan pimpinan BUMN agar mengedepankan profesionalisme dan transparansi.
“Kita ingin memastikan bahwa aset terbesar kita ini benar-benar memahami. Karena mereka itu bisa memahami secara komprehensif, namanya juga CEO,” ujar Rosan.
Menurut Rosan, profitabilitas yang dicapai perusahaan harus didasarkan pada performa nyata, bukan pada rekayasa angka semata. Ia menolak pendekatan pencitraan melalui laporan keuangan yang tidak mencerminkan kondisi sesungguhnya.
“Carilah profitabilitas yang berkualitas, yang mencerminkan benar-benar dari performance yang ada,” katanya.
“Era itu sudah tidak boleh lagi (manipulasi). Jadi, benar-benar dari performance yang baik, yang benar, dan yang dari hasil operasional perusahaan tersebut,” tambahnya.
Sebelumnya, peluncuran Danantara University dilakukan oleh Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir. Kampus ini ditargetkan menjadi universitas bertaraf internasional dalam dua tahun ke depan.
“Dalam dua tahun ke depan, kami ingin membuat universitas kelas dunia,” ungkap Pandu.
Untuk merealisasikan visi tersebut, Danantara menggandeng sembilan universitas ternama dunia, di antaranya Columbia University (Amerika Serikat), Tsinghua University (China), dan Stanford University (Amerika Serikat).
Langkah ini diharapkan mampu menghasilkan pemimpin BUMN yang tak hanya kompeten secara bisnis, tetapi juga menjunjung tinggi etika dan tata kelola perusahaan yang sehat.