astakom, Jakarta — Kediaman pribadi Presiden Republik Indonesia di Jalan Kartanegara, Jakarta Selatan, menjadi saksi pertemuan dua pemimpin besar negeri serumpun. Mereka duduk bersama dalam suasana hangat dan penuh kekeluargaan.
Tidak hanya diplomasi yang bicara malam itu, tetapi juga sehelai kain batik yang menyatukan dua hati bangsa: Prabowo Subianto dan Dato’ Seri Anwar Ibrahim, masing-masing mengenakan batik.
Pertemuan antara Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim bukan sekadar agenda protokoler dalam rangka Konsultasi Tahunan ke-13 Indonesia-Malaysia.
Ada pesan kuat yang disampaikan lewat pilihan busana mereka: batik sebagai simbol persahabatan, warisan budaya, dan penghormatan atas kedekatan dua bangsa serumpun.
“Setibanya kemarin di Jakarta, saya menyambut Perdana Menteri Anwar Ibrahim dengan jamuan makan malam di kediaman pribadi saya sebagai pembuka rangkaian kegiatan resmi yang akan dilaksanakan hari ini,” tulis Prabowo melalui akun Facebook resminya, menggambarkan suasana santai dan penuh kehangatan sebelum agenda formal dimulai.
Duduk berdampingan di ruang tamu yang penuh keakraban, Prabowo dan Anwar mendiskusikan masa depan kerja sama kedua negara, dari ekonomi, ketenagakerjaan, hingga isu-isu kawasan yang lebih luas. Batik yang mereka kenakan seolah menjadi pernyataan diam: bahwa diplomasi pun bisa dibalut nilai-nilai budaya.
“Dalam pertemuan tersebut, kami berencana membahas berbagai kerja sama strategis yang telah terjalin antara kedua negara, sekaligus menyaksikan penandatanganan sejumlah nota kesepahaman di berbagai bidang,” pungkas Prabowo.
Pertemuan Kartanegara ini menjadi bukti bahwa diplomasi tidak selalu harus berlangsung kaku dalam gedung istana. Terkadang, pertemuan paling berarti justru lahir dari meja makan pribadi, diselingi tawa ringan, dalam balutan batik yang menyatukan rasa dan menghormati akar dan asal muasal warisan budaya.