astakom, Jakarta – Menteri Perdagangan Budi Santoso (Busan) menekankan pentingnya peran diplomasi lunak (soft diplomacy) dalam menjawab tantangan komunikasi dan perdagangan global.
Menurutnya, strategi ini dinilai efektif untuk membangun citra positif bangsa dan memperkuat hubungan antarnegara melalui dialog dan kerja sama.
Baca juga :
Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.
Hal ini disampaikan Busan pada seminar web (webinar) Kolaborasi Fakultas Ilmu
Komunikasi Universitas Esa Unggul yang mengangkat tema “Soft Power Diplomacy Through Communication, Culture, and Media” pada Senin, (28/7).
Webinar ini merupakan bagian dari
kolaborasi antara Kementerian Perdagangan dan Universitas Esa Unggul untuk mendorong peran pendidikan tinggi dalam mendukung strategi diplomasi dan komunikasi internasional.
“Soft diplomacy merupakan pendekatan dalam hubungan internasional yang mengandalkan daya tarik budaya, nilai-nilai, serta komunikasi persuasif, tanpa menggunakan kekuatan militer atau
tekanan ekonomi.” Kata Busan dalam keterangan dikutip astakom.com, Selasa (29/7).
“Soft diplomacy bertujuan untuk membangun citra positif, mempengaruhi opini publik, dan mempererat hubungan antarnegara melalui kerja sama dan dialog. Soft diplomacy menjadi kunci penting dalam diplomasi perdagangan,” imbuhnya.
Busan melanjutkan, dalam komunikasi diplomasi, hambatan seringkali muncul karena perbedaan kerangka acuan (frame of reference) dan latar pengalaman (field of experience) antara pihak yang berkomunikasi.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pemahaman terhadap pendekatan kepentingan dan kekuatan pengaruh sebagai faktor kunci dalam diplomasi internasional.
Busan mencontohkan perundingan perdagangan seperti Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang memakan waktu lebih dari 10 tahun karena kompleksitas kepentingan dari 27 negara anggota Uni Eropa.
Di sisi lain, perundingan Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (EAEU-FTA) hanya memakan waktu sekitar tiga
tahun karena lebih mudah menyelaraskan kepentingan antar pihak.
“Negara dengan kekuatan pengaruh internasional besar bisa menyelesaikan perundingan lebih cepat. Diplomasi selalu membawa kepentingan nasional yang tidak mudah untuk dinegosiasikan
dengan lawan bicara,” terang Busan.
Dalam sambutannya Mendag Busan juga mengajak mahasiswa Universitas Esa Unggul melakukan praktik magang di 46 perwakilan perdagangan di 33 negara mitra dagang.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat belajar mencari buyer, menjadi eksportir setelah lulus, serta melakukan negosiasi perdagangan.
“Diharapkan mahasiswa tidak hanya mengisi industri yang ada, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan,” tambah Busan.