Selasa, 29 Jul 2025
Selasa, 29 Juli 2025

Mendag Tekankan Pentingnya Diplomasi Soft Power dalam Komunikasi Global 

astakom, Jakarta – Menteri Perdagangan Budi Santoso (Busan) menekankan pentingnya peran diplomasi lunak (soft diplomacy) dalam menjawab tantangan komunikasi dan perdagangan global.

Menurutnya, strategi ini dinilai efektif untuk membangun citra positif bangsa dan memperkuat hubungan antarnegara melalui dialog dan kerja sama.

Baca juga :

Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.

Hal ini disampaikan Busan pada seminar web (webinar) Kolaborasi Fakultas Ilmu

Komunikasi Universitas Esa Unggul yang mengangkat tema “Soft Power Diplomacy Through Communication, Culture, and Media” pada Senin, (28/7).

Webinar ini merupakan bagian dari

kolaborasi antara Kementerian Perdagangan dan Universitas Esa Unggul untuk mendorong peran pendidikan tinggi dalam mendukung strategi diplomasi dan komunikasi internasional.

“Soft diplomacy merupakan pendekatan dalam hubungan internasional yang mengandalkan daya tarik budaya, nilai-nilai, serta komunikasi persuasif, tanpa menggunakan kekuatan militer atau

tekanan ekonomi.” Kata Busan dalam keterangan dikutip astakom.com, Selasa (29/7).

“Soft diplomacy bertujuan untuk membangun citra positif, mempengaruhi opini publik, dan mempererat hubungan antarnegara melalui kerja sama dan dialog. Soft diplomacy menjadi kunci penting dalam diplomasi perdagangan,” imbuhnya.

Busan melanjutkan, dalam komunikasi diplomasi, hambatan seringkali muncul karena perbedaan kerangka acuan (frame of reference) dan latar pengalaman (field of experience) antara pihak yang berkomunikasi.

Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan pemahaman terhadap pendekatan kepentingan dan kekuatan pengaruh sebagai faktor kunci dalam diplomasi internasional.

Busan mencontohkan perundingan perdagangan seperti Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang memakan waktu lebih dari 10 tahun karena kompleksitas kepentingan dari 27 negara anggota Uni Eropa.

Di sisi lain, perundingan Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (EAEU-FTA) hanya memakan waktu sekitar tiga

tahun karena lebih mudah menyelaraskan kepentingan antar pihak.

“Negara dengan kekuatan pengaruh internasional besar bisa menyelesaikan perundingan lebih cepat. Diplomasi selalu membawa kepentingan nasional yang tidak mudah untuk dinegosiasikan

dengan lawan bicara,” terang Busan.

Dalam sambutannya Mendag Busan juga mengajak mahasiswa Universitas Esa Unggul melakukan praktik magang di 46 perwakilan perdagangan di 33 negara mitra dagang.

Melalui kegiatan ini, mahasiswa dapat belajar mencari buyer, menjadi eksportir setelah lulus, serta melakukan negosiasi perdagangan.

“Diharapkan mahasiswa tidak hanya mengisi industri yang ada, tetapi juga menciptakan lapangan pekerjaan,” tambah Busan.

Rubrik Sama :

Sri Mulyani: Kesepakatan Tarif AS Dorong Sektor Padat Karya Nasional

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa keberhasilan Indonesia dalam menegosiasikan penurunan tarif resiprokal dari Amerika Serikat (AS) menjadi 19 persen akan memberikan dampak positif terhadap kinerja sektor-sektor padat karya nasional.

OJK Pastikan Sektor Jasa Keuangan Stabil, Kredit Perbankan Tumbuh 7,77 Persen

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan bahwa sektor jasa keuangan (SJK) nasional berada dalam kondisi stabil, meskipun dihadapkan pada tingginya ketidakpastian geopolitik dan tekanan perdagangan global.

Prabowo Apresiasi PM Anwar Ibrahim Selesaikan Konflik Thailand dan Kamboja

astakom, Jakarta — Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto mengapresiasi PM Malaysia Anwar Ibrahim atas keberhasilannya menyelesaikan konflik antara Thailand dan Kamboja sehingga terwujud gencatan...

Diplomasi Serumpun, Prabowo dan Anwar Bertemu di Istana Merdeka

astakom, Jakarta — Kendaraan tamu negara tetangga Malaysia memasuki halaman Istana Merdeka, pukul 10.10 WIB, Selasa (29/7).  Perdana Menteri Malaysia Dato' Sri Anwar Ibrahim...
Cover Majalah

Update