astakom, Jakarta – Hidup hemat atau frugal living sering kali dianggap sebagai solusi jitu untuk mencapai kestabilan finansial jangka panjang. Namun ternyata, upaya menghemat bisa jadi bumerang jika dilakukan tanpa pemahaman dan strategi yang tepat.
Banyak orang merasa sudah menjalani gaya hidup frugal, padahal justru tanpa sadar melakukan kebiasaan yang berujung pada pemborosan finansial.
Dalam jurnal Lifestyle of the Tight and Frugal, frugal living digambarkan sebagai gaya hidup yang mengedepankan pengendalian diri, pemanfaatan barang yang sudah ada, dan pengeluaran yang terukur. Tapi jika prinsip dasarnya dilanggar, hasilnya justru bisa melenceng jauh dari tujuan semula.
Berikut lima kesalahan umum dalam frugal living yang justru bisa membuat dompet Anda makin tipis:
1. Terjebak Harga Murah
Salah satu jebakan utama dalam gaya hidup hemat adalah terlalu fokus pada harga. Membeli barang karena tergiur murah bisa jadi jebakan boros jika dilakukan terus-menerus atau dalam jumlah berlebihan.
Frugal living bukan tentang berburu diskon semata, tapi tentang membeli secara bijak dan sesuai kebutuhan. Membeli barang murah yang sebenarnya tidak diperlukan sama buruknya dengan memborong barang mahal.
2. Hemat Berlebihan hingga Abaikan Hal Penting
Menghemat seharusnya tidak sampai mengorbankan kesehatan atau kebutuhan dasar. Misalnya, menunda servis kendaraan demi berhemat justru bisa berakibat kerusakan yang lebih mahal.
Contoh lainnya adalah mengurangi jatah makan secara ekstrem yang malah menimbulkan risiko kesehatan. Frugal living tetap harus mempertimbangkan kebutuhan pokok dan pengeluaran esensial.
3. DIY yang Menguras Biaya
Membuat barang sendiri di rumah alias do-it-yourself (DIY) memang terlihat hemat dan kreatif. Tapi jika bahan bakunya mahal atau hasil akhirnya tidak efisien, justru malah lebih boros.
Misalnya saja membuat produk kecantikan atau perabot rumah sendiri, padahal biaya bahan lebih tinggi dibandingkan membeli versi jadi yang sudah teruji. DIY hanya efektif bila memanfaatkan barang bekas atau memangkas biaya signifikan.
4. Belanja Ala Hemat Tapi Salah Sasaran
Kadang niat menghemat malah jadi pemicu pemborosan, seperti membeli alat fitness sendiri agar tak perlu ke gym. Tapi jika alat itu jarang dipakai atau terlalu mahal dibandingkan berlangganan gym, hasilnya justru lebih boros.
Hal yang sama terjadi saat membeli barang mahal seperti botol minuman, kendaraan, atau alat rumah tangga dengan alasan menghemat, padahal penggunaannya tidak sebanding dengan biaya.
5. Tak Punya Tujuan Keuangan yang Jelas
Frugal living tanpa arah akan kehilangan esensi. Tanpa target yang jelas, seperti dana darurat, pembelian rumah, atau pensiun dini, usaha menghemat menjadi hambar dan tak terarah.
Target keuangan membuat setiap keputusan pembelanjaan menjadi lebih terukur dan berdampak. Dengan tujuan yang spesifik, Anda bisa mengukur kemajuan, menyusun strategi, dan menyesuaikan pengeluaran dengan lebih bijak.
Hemat Harus Strategis, Bukan Sekadar Irit
Frugal living bisa menjadi alat efektif mencapai stabilitas finansial, tapi harus dijalankan dengan kesadaran dan strategi. Menghemat tanpa tujuan dan tanpa pertimbangan justru bisa memicu pengeluaran yang tidak perlu.
Alih-alih boncos dengan dalih hidup hemat, pastikan setiap rupiah yang Anda keluarkan benar-benar selaras dengan kebutuhan dan tujuan hidup Anda.