astakom, Jakarta – Pemerintah menegaskan bahwa Indonesia kini memiliki posisi strategis dalam sektor energi dan sumber daya alam, seiring besarnya cadangan energi nasional dan keberhasilan implementasi kebijakan hilirisasi.
Dengan kekuatan tersebut, Indonesia tidak lagi berada di bawah tekanan pasar global, melainkan menjadi pemain utama dalam rantai pasok internasional.
Baca juga :
Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.
Staf Khusus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bidang Percepatan Isu Strategis Energi, Muhammad Pradana Indraputra menegaskan bahwa paradigma lama, di mana Indonesia hanya menjadi pemasok bahan mentah dan tunduk pada mekanisme pasar global harus ditinggalkan.
“Dahulu kalau jadi pengusaha, kita selalu ikut pasar. Pasar bilang apa, kita ikut. Namun, sekarang tidak semua barang dagangan tergantung pasar. Komoditas, seperti nikel, batubara, bauksit, semua itu sekarang kita yang pegang,” ujar Pradana dalam keterangannya, dikutip astakom.com, Kamis (24/7).
Pradana mencontohkan kebijakan larangan ekspor batu bara di era pemerintahan Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), yang sempat mengguncang pasar dunia dan memicu reaksi cepat dari para pemimpin negara lain.
“Dunia butuh kita,” tegasnya singkat.
Pernyataan ini menandakan bahwa Indonesia telah bertransformasi dari sekadar pemasok menjadi pemegang kendali penting dalam rantai pasok energi global.
Salah satu strategi kunci yang digunakan adalah hilirisasi komoditas tambang, guna menciptakan nilai tambah di dalam negeri dan memperkuat kemandirian ekonomi nasional.
“Kalau kita kirim mentah, lalu beli balik produk olahannya, kita rugi. Sekarang kita paksa pembangunan smelter, pabrik baterai, katoda, sampai stainless steel. Semua ini untuk menciptakan posisi tawar dan kemandirian,” jelas Pradana.
Ia juga menyoroti pentingnya bahan baku seperti nikel dan tembaga dalam transisi energi global. Indonesia, dengan cadangan besar dua komoditas strategis itu, memiliki keunggulan kompetitif yang tidak bisa diabaikan.
“Dari zaman VOC sampai sekarang, polanya enggak berubah. Dahulu rempah-rempah diambil, sekarang tambang yang dikirim mentah. Kita ubah itu. Harus win-win buat Indonesia,” pungkasnya.