Sabtu, 26 Jul 2025
Sabtu, 26 Juli 2025

BMKG: Riau Hadapi Puncak Kemarau Lebih Awal, Risiko Karhutla Meningkat

astakom, Pekanbaru – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa wilayah Riau dan sekitarnya saat ini berada dalam masa paling rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), menyusul puncak musim kemarau yang terjadi lebih awal dibanding wilayah Indonesia lainnya.

“Puncak musim kemarau di Riau berlangsung pada Juli, berbeda dengan mayoritas wilayah Indonesia yang puncaknya terjadi di Agustus. Karena itu, Riau sedang dalam masa paling rawan terjadinya karhutla,” ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam rapat koordinasi penanganan karhutla di Pekanbaru, dikutip astakom.com, Kamis (24/7).

Berdasarkan prakiraan iklim BMKG, wilayah Riau akan mengalami curah hujan rendah pada dasarian III Juli hingga dasarian I Agustus, dengan intensitas kurang dari 50 mm, bahkan di beberapa area hanya di bawah 20 mm. Curah hujan baru diprediksi mulai meningkat pada dasarian II Agustus.

Kondisi kekeringan ini diperparah dengan minimnya pertumbuhan awan, yang menyulitkan pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC).

“Hari ini awan sangat minim. Namun semalam, kami bersyukur bisa melakukan penyemaian hingga pukul 21.00 WIB untuk menabung air agar melembabkan lahan gambut,” jelas Dwikorita.

Ia juga menyebut, potensi keterbakaran lahan di Riau berada pada tingkat ‘sangat tinggi’ pada 23 hingga 24 Juli. Kemudian menurun pada periode 25–26 Juli. Namun, kembali meningkat di akhir bulan.

BMKG juga turut mengingatkan soal validitas data titik panas (hotspot). Namun ia menyarankan penggunaan sistem satelit nasional seperti SiPongi, yang dinilai lebih presisi dan real-time untuk mengetahui potensi karhutla.

“Tidak semua hotspot dari satelit luar negeri itu akurat. Bahkan ada yang hanya akibat refleksi panas permukaan, bukan dari kebakaran lahan,” tegas Dwikorita.

Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Seto Sugiharto, menyampaikan bahwa tinggi muka air tanah (TMAT) di lahan gambut Riau telah mencapai 1 meter di bawah permukaan.

“Target kita dalam seminggu ke depan, TMAT bisa naik hingga di atas 40 cm. Ini penting agar lahan tidak mudah terbakar,” katanya.

Menurut Seto, enam pesawat akan dikerahkan untuk operasi TMC bersama BNPB guna menyimpan air antara 25 hingga 28 Juli, menjelang turunnya curah hujan pada awal Agustus. BMKG terus berkoordinasi dengan BNPB untuk menentukan lokasi penyemaian awan secara strategis.

Rubrik Sama :

Menperin: GIIAS 2025 Jadi Katalisator Transformasi Industri Otomotif Nasional

astakom, Tangsel - Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, menyatakan industri otomotif nasional menjadi salah satu sektor andalan yang berperan besar terhadap Produk Domestik Bruto...

Kemenpar Promosikan Pariwisata Belitung Melalui Famtrip

astakom, Belitung – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengamplifikasi promosi potensi wisata Indonesia, khususnya Belitung, melalui kegiatan perjalanan wisata pengenalan (Familiarization Trip/Famtrip) bagi pelaku industri pariwisata...

Teuku Riefky Dukung JF3 Kembangkan Ekraf dan Buka Lapangan Kerja

astakom, Jakarta – Menteri Ekonomi Kreatif (Menteri Ekraf) Teuku Riefky Harsya bersama President Director Summarecon Agung Tbk Adrianto Adhi membuka perhelatan Jakarta Fashion Food...

Perkuat Ekosistem Pariwisata, Kemenpar Luncurkan “Wonderful Indonesia Scale-up Hub 2025”

astakom, Jakarta - Kementerian Pariwisata (Kemenpar) meluncurkan program baru bertajuk “Wonderful Indonesia Scale-up Hub (WISH) 2025”, di Jakarta, pada Kamis (24/7). Deputi Bidang Industri dan...
Cover Majalah

Update