astakom, Luwuk, Banggai — Di tengah riuhnya kota dan padatnya urusan politik, ada satu momen yang senyap tapi menggugah hati: kunjungan dua sosok pemimpin daerah ke sebuah rumah reyot di sudut Kompleks Rajawali, Kelurahan Luwuk. Rumah itu milik Rini, seorang ibu dari tiga anak yang sehari-hari menjadi buruh cuci.
Penghasilannya tak menentu, dan rumah yang ia tinggali jauh dari kata layak huni berdinding papan rapuh, bocor di berbagai sisi, dan tak mampu menahan terik matahari atau hujan yang menyelinap hingga ke lantai.
Baca juga
Wakil Ketua I DPRD Banggai Wardani Murad bersama Ketua DPC Gerindra Banggai Sulianti Murad, datang menyambangi rumah sederhana itu. Bukan untuk seremoni besar atau pidato politik, melainkan untuk hadir, melihat langsung, dan merasakan sendiri bagaimana kehidupan Rini dijalani dari hari ke hari.
Kedatangan mereka disambut haru. Rini, yang tampak gugup namun hangat, menyeka air matanya saat menyambut kedua tamu itu di depan rumah.
“Terima kasih, Ibu, sudah datang,” ucapnya lirih, suaranya nyaris tenggelam oleh emosi. Mereka kemudian berbincang di dalam rumah, di antara papan yang lapuk dan langit-langit yang berderik pelan, 21/7.
Tidak ada janji-janji kosong. Wardani dan Sulianti datang membawa sesuatu yang konkret: bantuan untuk renovasi rumah Rini. Bukan hanya demi kenyamanan, tapi demi masa depan ketiga anaknya yang masih bersekolah.
Sebab rumah, bagi anak-anak, bukan sekadar tempat berteduh—tetapi tempat belajar, bermimpi, dan tumbuh dengan penuh harapan.
“Jangan ucapkan terima kasih kepada saya, tapi bersyukurlah kepada Allah SWT yang mempertemukan kita,” tutur Wardani Murad, matanya teduh, ucapannya penuh empati.
Kunjungan itu singkat, namun meninggalkan jejak mendalam. Di tengah rutinitas politik yang sering kali terasa jauh dari rakyat, momen ini menjadi pengingat bahwa hadir secara nyata di tengah kesulitan masyarakat masih menjadi wujud paling hakiki dari kepemimpinan.