astakom, Jakarta — Momentum Bulan Koperasi dijadikan pengingat untuk kembali pada amanat konstitusi dan memperluas imajinasi ekonomi rakyat. Muhammad Risal, mantan Sekjend Koperasi Pemuda Indonesia, mengusulkan ide radikal: mengelola sektor strategis seperti energi dan tambang melalui koperasi rakyat.
“Bayangkan jika PLN dikelola sebagai koperasi nasional. Setiap pelanggan adalah anggota. Setiap keuntungan kembali ke rakyat,” ujar Risal.
Baca juga
Menurutnya, pendekatan koperasi akan mendorong efisiensi, keadilan, dan kedaulatan energi, menggantikan dominasi orientasi laba semata. Model serupa juga bisa diterapkan pada sektor tambang yang selama ini rawan konflik agraria dan kerusakan lingkungan.
“Bila tambang dikelola koperasi rakyat, masyarakat setempat akan menjadi pemilik. Tumbuh kesadaran ekologis dari bawah. Distribusi hasil menjadi lebih adil, dan nilai tambah menetap di daerah penghasil,” jelasnya.
Namun untuk mewujudkan gagasan ini, Risal menyebut diperlukan keberanian politik. Negara harus berani menata ulang arah pembangunan, mengubah regulasi, dan meletakkan rakyat sebagai subjek ekonomi.
“Koperasi yang kuat hanya akan lahir dari dukungan sistemik: insentif fiskal, jaminan pasar, serta ekosistem regulasi yang memihak,” tegasnya.
Ia menutup dengan ajakan agar peringatan Bulan Koperasi tidak lagi bersifat seremonial. “Kita harus membayangkan ulang masa depan, di mana koperasi bukan slogan, tetapi sistem ekonomi yang bekerja,” pungkasnya.