astakom, Jakarta – Penurunan tarif impor produk Indonesia ke Amerika Serikat dari 32 persen menjadi 19 persen dipandang sebagai langkah maju yang signifikan. Namun peluang Indonesia untuk menekan tarif tersebut lebih rendah lagi masih terbuka lebar.
Menurut ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, hubungan dagang Indonesia-AS saat ini berada dalam posisi yang lebih stabil dan kondusif untuk melanjutkan negosiasi perdagangan.
Baca juga
“Saya melihat dengan penurunan ini kita tidak akan diganggu oleh ancaman Donald Trump lagi. Karena kita juga sudah memberi pemanis dengan kita membeli USD15 miliar dolar untuk energi, USD4,7 untuk sektor pertanian, dan 50 pesawat Boeing,” ujar Achmad dalam keterangannya, dikutip astakom.com, Minggu (20/7).
Ia menyebut bahwa langkah-langkah strategis Indonesia dalam memenuhi kepentingan ekonomi Amerika Serikat merupakan modal penting untuk membuka ruang negosiasi tambahan terkait tarif.
Achmad juga menekankan bahwa skenario ideal dalam hubungan dagang bilateral adalah penghapusan tarif secara menyeluruh antara kedua negara.
“Memang idealnya dalam perdagangan internasional adalah 0-0, 0-0. Artinya kedua negara sama-sama tak mengenakan tarif. Kita memperoleh manfaat, Amerika juga memperoleh manfaat,” jelasnya.
Meski mengapresiasi capaian terkini dalam negosiasi perdagangan, ia menegaskan bahwa capaian tersebut belum merupakan garis akhir. Justru sebaliknya, Indonesia perlu terus membangun diplomasi ekonomi secara aktif untuk mengamankan skema perdagangan yang lebih kompetitif.
“Karena kita ingin mendapatkan manfaat yang lebih besar, saya kira strategi negosiasi ke depan tetap harus dilanjutkan. Tujuannya agar kita bisa mencapai skenario ideal tarif nol, yang bisa disebut sebagai kemenangan sempurna,” tegasnya.
Sebelumnya, Pemerintah Amerika Serikat memutuskan menurunkan tarif impor terhadap sejumlah produk Indonesia menjadi 19 persen, dari sebelumnya ditetapkan oleh Presiden AS, Donald Trump sebesar 32 persen.
Kebijakan ini disambut baik oleh berbagai pihak karena dinilai mampu meningkatkan daya saing produk nasional di pasar AS dan memperkuat ekspor sektor manufaktur dan industri padat karya.
Dengan strategi diplomasi ekonomi yang berkelanjutan, Indonesia kini dihadapkan pada peluang untuk membentuk hubungan dagang bebas hambatan yang lebih saling menguntungkan dengan AS.