Senin, 14 Jul 2025
Senin, 14 Juli 2025

Fenomena Fatherless, 20,9 Persen Anak Indonesia Tumbuh Tanpa Sosok Ayah

astakom, Jakarta – Fenomena fatherless di Indonesia kian mengkhawatirkan. Berdasarkan data terbaru yang dirilis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), sebanyak 20,9 persen anak Indonesia tumbuh tanpa kehadiran figur ayah.

Menanggapi hal tersebut, Psikolog sekaligus Kepala Divisi Konseling dan Kesejahteraan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Muhammad Arif Rizqi menyebut bahwa fenomena fatherless bukan hanya sekadar angka statistik, tapi realitas yang sering ia temui di ruang konseling.

Baca juga :

Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.

Menurutnya, fenomena fatherless ini bukan sekadar dinamika rumah tangga, tetapi telah menjelma menjadi krisis sosial nasional yang berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter generasi muda.

“Fatherless bukan hanya teori. Saya temui langsung di ruang konseling. Banyak klien yang menghadapi permasalahan emosional karena sejak kecil tidak merasakan kehadiran ayah. Luka ini memang tidak selalu langsung terasa, tetapi kerap muncul saat mereka memasuki usia dewasa,” jelas Arif, dikutip astakom.com, Minggu (13/7).

Anak-anak yang tumbuh tanpa keterlibatan ayah, menurut Arif, kerap mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan, minim tanggung jawab, serta mengalami kesepian bahkan di tengah keramaian. Hambatan ini berdampak pada perkembangan emosi, sosial, dan kognitif secara menyeluruh.

Arif menyoroti bahwa akar dari fenomena fatherless ini tak lepas dari konstruksi budaya patriarki di Indonesia. Sosok ayah sering kali hanya diidentikkan dengan pencari nafkah, sementara beban pengasuhan sepenuhnya diletakkan di pundak ibu.

“Padahal, ayah memiliki peran batiniah yang sangat penting. Ia seharusnya menjadi sumber rasa aman, teladan dalam kepemimpinan, serta penguat nilai tanggung jawab dan keberanian,” tegas Arif.

Ia juga menjelaskan bahwa peran ayah semestinya dimulai sejak masa kehamilan, dengan memberikan dukungan emosional pada pasangan, menjaga kestabilan psikologis ibu, hingga menyampaikan sugesti positif pada janin.

Kesadaran akan peran ayah, lanjutnya, adalah langkah awal penting dalam menciptakan keluarga yang sehat secara mental dan emosional.

“Kesadaran akan hakikat peran sebagai ayah adalah titik awal penting. Dari kesadaran itu, akan lahir rasa tanggung jawab dan keterlibatan yang utuh dalam dinamika keluarga,” ujarnya.

Sebagai bentuk solusi, Arif mendorong para ayah untuk mengambil langkah nyata: mempelajari pola asuh melalui media sosial, mengikuti pelatihan parenting, hingga membentuk komunitas ayah yang saling mendukung.

“Menjadi ayah bukan berarti harus selalu sempurna. Justru ayah sejati adalah mereka yang terus bertumbuh, belajar dari kesalahan, dan berusaha memberikan yang terbaik bagi keluarganya,” pungkasnya.

Rubrik Sama :

Sekolah Rakyat, Bukti Nyata Negara Hadir untuk Putus Rantai Kemiskinan

Pemerintah terus menunjukkan keseriusannya dalam memutus rantai kemiskinan struktural melalui dunia pendidikan.

100 Siswa Siap Tempati Asrama Sekolah Rakyat, Pemeriksaan Kesehatan Jadi Tahap Awal

Menjelang dimulainya tahun ajaran baru, sebanyak 100 siswa Sekolah Rakyat Menengah Pertama Abiyoso dijadwalkan masuk pada Senin (14/7) pekan depan.

Ngajar Aja Gak Cukup! Ini Tuntutan untuk Guru Sekolah Rakyat

akil Menteri Sosial (Wamensos) RI, Agus Jabo Priyono menyampaikan pesan mendalam kepada para guru Sekolah Rakyat yang baru saja menyelesaikan pelatihan intensif pada Sabtu (12/7).

Tangis Haru Maulida Pecah, Siswa Sekolah Rakyat yang Ingin Jadi Dokter

Tangis haru pecah dalam dialog Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) bersama calon siswa Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 8 Abiyoso Cimahi, Jawa Barat, Sabtu (12/7).
Cover Majalah

Update