Kamis, 28 Agu 2025
Kamis, 28 Agustus 2025

Fenomena Fatherless, 20,9 Persen Anak Indonesia Tumbuh Tanpa Sosok Ayah

astakom, Jakarta – Fenomena fatherless di Indonesia kian mengkhawatirkan. Berdasarkan data terbaru yang dirilis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), sebanyak 20,9 persen anak Indonesia tumbuh tanpa kehadiran figur ayah.

Menanggapi hal tersebut, Psikolog sekaligus Kepala Divisi Konseling dan Kesejahteraan Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Muhammad Arif Rizqi menyebut bahwa fenomena fatherless bukan hanya sekadar angka statistik, tapi realitas yang sering ia temui di ruang konseling.

Menurutnya, fenomena fatherless ini bukan sekadar dinamika rumah tangga, tetapi telah menjelma menjadi krisis sosial nasional yang berpengaruh besar terhadap pembentukan karakter generasi muda.

“Fatherless bukan hanya teori. Saya temui langsung di ruang konseling. Banyak klien yang menghadapi permasalahan emosional karena sejak kecil tidak merasakan kehadiran ayah. Luka ini memang tidak selalu langsung terasa, tetapi kerap muncul saat mereka memasuki usia dewasa,” jelas Arif, dikutip astakom.com, Minggu (13/7).

Anak-anak yang tumbuh tanpa keterlibatan ayah, menurut Arif, kerap mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan, minim tanggung jawab, serta mengalami kesepian bahkan di tengah keramaian. Hambatan ini berdampak pada perkembangan emosi, sosial, dan kognitif secara menyeluruh.

Arif menyoroti bahwa akar dari fenomena fatherless ini tak lepas dari konstruksi budaya patriarki di Indonesia. Sosok ayah sering kali hanya diidentikkan dengan pencari nafkah, sementara beban pengasuhan sepenuhnya diletakkan di pundak ibu.

“Padahal, ayah memiliki peran batiniah yang sangat penting. Ia seharusnya menjadi sumber rasa aman, teladan dalam kepemimpinan, serta penguat nilai tanggung jawab dan keberanian,” tegas Arif.

Ia juga menjelaskan bahwa peran ayah semestinya dimulai sejak masa kehamilan, dengan memberikan dukungan emosional pada pasangan, menjaga kestabilan psikologis ibu, hingga menyampaikan sugesti positif pada janin.

Kesadaran akan peran ayah, lanjutnya, adalah langkah awal penting dalam menciptakan keluarga yang sehat secara mental dan emosional.

“Kesadaran akan hakikat peran sebagai ayah adalah titik awal penting. Dari kesadaran itu, akan lahir rasa tanggung jawab dan keterlibatan yang utuh dalam dinamika keluarga,” ujarnya.

Sebagai bentuk solusi, Arif mendorong para ayah untuk mengambil langkah nyata: mempelajari pola asuh melalui media sosial, mengikuti pelatihan parenting, hingga membentuk komunitas ayah yang saling mendukung.

“Menjadi ayah bukan berarti harus selalu sempurna. Justru ayah sejati adalah mereka yang terus bertumbuh, belajar dari kesalahan, dan berusaha memberikan yang terbaik bagi keluarganya,” pungkasnya.

Feed Update

Kementerian Ekraf Apresiasi Animasi Wayang yang Memukau di World Osaka Expo

astakom.com, Jakarta – Kementerian Ekonomi Kreatif (Kementerian Ekraf) mengapresiasi Aniwayang Studio yang menampilkan animasi wayang di World Osaka Expo, Jepang pada 15 Agustus 2025....

AHY Penuhi Permintaan Anak Gimbal di Dieng Culture Festival 2025

astakom.com, Banjarnegara – Delapan anak menjalani cukur rambut gimbal dalam Dieng Culture Festival (DCF) 2025 di Candi Arjuna, Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten...

DCF 2025 Berlangusng Meriah, Ahmad Luthfi: Nguri-uri Budaya hingga Dikenal Dunia

astakom.com, Banjarnegara - Gelaran Dieng Culture Festival (DCF) dari tahun ke tahun selalu menjadi magnet bagi wisatawan. Setiap gelaran memberikan kesan mendalam bagi para...

Ketika Langit Dieng Menyala dalam Iringan Orkestra

astakom.com, Banjarnegara – Malam itu langit Kawasan Wisata Dieng di Banjarnegara, Jawa Tengah, menyala. Ribuan lampion yang diterbangkan warga menghiasi langit yang biasa sepi....

Terkini

Viral

Videos

00:02:09

Menlu Sugiono Melepas Bantuan Gempa Myanmar

00:03:02
00:03:10