astakom, Jakarta – Mantan Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI yang kini menjabat sebagai Dosen Tetap Universitas Pertahanan (UNHAN), Mayjen TNI Dr. Nugraha Gumilar berbagi pesan dan pengalaman menyentuh tentang arti menjadi manusia yang bermanfaat, bahkan saat menjelang masa pensiun di instansi yang menjadi garda terdepan keamanan dan kedaulatan bangsa.
Bagi Nugraha, usia bukan akhir dari pengabdian, melainkan babak baru untuk menebar kebaikan. Ia meyakini, tuah kebaikan akan tetap dirasakan oleh anak cucu di masa mendatang.
Baca juga
“Makanya, kalau kita mau makan durian, tanam biji durian. Kalau kita melakukan sesuatu yang bermanfaat sekarang, Insya Allah anak kita mendapat kebaikan, itu yang harus diyakini,” tuturnya penuh keyakinan saat berkunjung ke redaksi astakom.com, Selasa (8/7).
Ia menggambarkan hidup sebagai proses yang harus dijalani dengan sabar dan penuh integritas. Tidak ada keberhasilan instan, begitu pula dalam menjadi manusia bermakna.
“Filosofinya gini, pohon besar yang kamu lihat sekarang, itu tidak ditanam hari ini. Maksudnya, semua itu perlu proses,” ujar perwira tinggi yang memiliki ketertarikan mendalam pada dunia literasi dan pendidikan.
Kepastian akan proses yang panjang menjadi pelajaran hidup yang menurutnya penting untuk ditanamkan, terutama bagi generasi muda yang kini tumbuh di era serba cepat.
“Kalau anda ingin melangkah ke angka 10, tidak mungkin dari angka 10. Nanti kamu masuk ke angka 2 dulu, nanti di angka 3, ya harus sabar. Tidak ada anak lahir langsung lari, dia merangkak dulu, berjalan, baru berlari,” jelasnya.
Namun di balik semua proses itu, ia menekankan bahwa kejujuran adalah kunci utama yang tak boleh dilepas. Bukan sekadar soal kecerdasan atau gelar, tapi tentang karakter.
“Untuk hidup selamat, bahasa kejujuran itu hal yang utama. Karena orang jujur itu diterima dimana aja. Kalau bicara pintar, itu bisa dilatih, kalau jujur itu karakter,” tegasnya.
Nugraha juga menyentil realitas yang sering terjadi, di mana banyak orang pandai tapi minim kejujuran, yang justru menjadi sosok menakutkan bagi lingkungan sekitar. “Kalau pintar, tapi enggak jujur, orang akan takut, karena lain di mulut, lain di hati,” katanya.
Pesan-pesan ini bukan hanya refleksi pribadi seorang jenderal, tapi juga cermin dari ketulusan niat untuk terus menjadi cahaya bagi sekitar, meski di usianya yang sudah tak lagi muda.
“Setiap pribadi perlu membangun karakter yang kuat untuk dapat berbuat lebih baik dan memberikan dampak positif bagi lingkungannya di manapun berada,” pungkas Sang Jenderal.