Selasa, 8 Jul 2025
Selasa, 8 Juli 2025

Masyarakat Belum ‘Smart’, Etika Digital Rendah Meski Ponsel Berlimpah

astakom, Jakarta – Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi menilai bahwa masyarakat Indonesia belum sepenuhnya menjadi masyarakat ‘smart’ di era digital. Menurutnya, tingginya penetrasi teknologi tidak sebanding dengan kesadaran etika digital.

“Ironisnya, kepemilikan gawai atau ponsel di Indonesia sangat tinggi, bahkan hampir dua kali lipat jumlah penduduk. Namun, tingginya konsumsi digital ini tidak diiringi dengan peningkatan kecerdasan digital masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip astakom.com di Jakarta, Senin (7/7).

Nurmandi menjelaskan, masyarakat cenderung memanfaatkan aplikasi hanya demi layanan yang cepat dan murah, tanpa memahami hak dan tanggung jawab dalam transaksi digital. Hal ini berdampak pada meningkatnya potensi konflik, seperti pesanan fiktif atau penolakan pembayaran terhadap driver.

“Setiap warga kota yang memakai aplikasi digital harus sadar bahwa menjadi ‘smart’ bukan hanya soal teknologi, tapi juga etika,” tegasnya.

Ia juga memperingatkan risiko yang lebih besar seperti penipuan daring, phishing, pinjaman online ilegal (pinjol), hingga praktik judi daring (judol) yang makin marak terjadi. Menurutnya, bukan hanya masyarakat umum, tetapi juga mahasiswa dan civitas akademika mulai terpapar risiko tersebut.

“Meskipun perguruan tinggi sudah mengajarkan literasi digital, kenyataannya arus penyebaran konten tidak kredibel jauh lebih cepat dibandingkan kemampuan negara dalam memblokir situs-situs bermasalah,” jelas Nurmandi.

Ia mendorong peningkatan literasi digital berbasis etika dan tanggung jawab sosial, serta penguatan sistem perlindungan konsumen dan pekerja di era digital. Sebab tanpa hal tersebut, masyarakat akan terus menjadi korban dari sistem yang tidak mereka pahami sepenuhnya.

“Kalau tidak, kita mudah terjerumus ke dalam phishing, scam, pinjol ilegal, hingga judol,” tambahnya.

Nurmandi menegaskan bahwa membangun masyarakat digital yang benar-benar ‘smart’ butuh lebih dari sekadar koneksi internet cepat dan gadget mahal, tetapi juga karakter, hukum, dan empati digital.

Rubrik Sama :

BMKG Ungkap Potensi Curah Hujan di Atas Normal saat Musim Kemarau

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan musim kemarau pada tahun ini tidak berlangsung seperti biasanya.

Tak Diakui Secara Hukum, Driver Ojol Jadi Korban Kapitalisme Digital?

Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Achmad Nurmandi menyoroti lemahnya perlindungan hukum bagi para pengemudi dan kurir daring di Indonesia. Ia menyebut posisi para driver ojek online (ojol) masih terpinggirkan dalam sistem hukum nasional.

Indahnya Toleransi Beragama, Halaman Gereja Disulap Jadi Sekretariat Panitia Asalha Mahapuja

Toleransi antarumat beragama kembali menunjukkan wajah paling indahnya di Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Di mana halaman Gereja Katolik Bunda Maria Sapta Duka, mendadak dipenuhi umat Buddha dari berbagai penjuru Tanah Air pada Minggu (6/7).

Cadangan Devisa RI Naik, BI Optimistis Stabilitas Terjaga

Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2025 mencapai USD 152,6 miliar, mengalami kenaikan tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar USD 152,5 miliar.
Cover Majalah

Update