astakom, Jakarta — Di tengah riuhnya hiruk-pikuk ibu kota, ada yang berbeda di akhir pekan kawasan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Sekelompok anak muda dari organisasi Tunas Indonesia Raya (Tidar) Jakarta Barat tampak sibuk membersihkan halaman sebuah mushola dan gereja. Bukan sekadar kegiatan sosial biasa, aksi yang mereka namai “Tiba-Tiba Bersih” ini membawa pesan yang lebih dalam: merawat toleransi dan memperkuat nilai gotong royong lintas iman.
Baca juga
Kegiatan ini digelar serentak di dua tempat ibadah—sebuah gereja dan sebuah mushola—sebagai simbol kebersamaan dan pengakuan akan keberagaman yang menjadi wajah Indonesia. “Sinergi Gotong Royong” menjadi tema utama, yang tak hanya menjadi jargon, tetapi juga diwujudkan dalam tindakan nyata.
Ketua Umum Tidar, Rahayu Saraswati Djojohadikusumo, hadir langsung untuk memberi dukungan. Ia mengapresiasi semangat para kader muda yang tak ragu menyingsingkan lengan baju demi menjaga keharmonisan antarumat beragama.
“Ini bukan hanya soal membersihkan tempat ibadah, tapi membersihkan hati kita dari prasangka dan sekat-sekat yang tak perlu,” ujarnya hangat.
Hal senada disampaikan oleh Ketua PC Tidar Jakarta Barat, Halim Ritonga, yang menegaskan pentingnya membangun kesadaran kolektif untuk merangkul perbedaan. Menurutnya, kegiatan ini merupakan bagian dari proses pendidikan sosial untuk generasi muda.
“Keragaman agama adalah kenyataan yang harus kita rangkul, bukan dijadikan sekat. Lewat kegiatan sederhana ini, kami ingin menunjukkan bahwa perbedaan bisa menjadi kekuatan,” tutur Halim.
Bagi Abi Yu’lla, ketua pelaksana kegiatan, momen ini menjadi pengingat bahwa Tidar akan genap berusia 17 tahun pada 7 Juli mendatang. Di usia yang memasuki masa kedewasaan organisasi, ia berharap semangat toleransi dan kontribusi nyata semakin mengakar dalam gerakan mereka.
“Kami ingin Tidar hadir sebagai kekuatan positif yang terus menyalakan harapan, khususnya bagi generasi muda yang ingin Indonesia tetap damai dan bersatu,” ucap Abi.
Aksi sosial ini bukan sekadar ritual seremonial, melainkan cerminan nilai-nilai luhur bangsa yang tengah diuji di tengah maraknya polarisasi sosial. Di bawah terik matahari dan di sela canda tawa para relawan, terselip pesan kuat: toleransi bukan teori, melainkan praktik sehari-hari.
Lewat sapu dan pel, para kader Tidar Jakarta Barat merangkai cerita baru tentang Indonesia, sebuah negeri yang rukun karena perbedaan, bukan meski berbeda. Dari Grogol Petamburan, semangat gotong royong dan toleransi itu kembali dihidupkan