astakom, Bolivia – Sebuah penemuan arkeologis mengejutkan muncul dari perbukitan terpencil Bolivia, sebuah kuil kuno peninggalan peradaban Tiwanaku yang selama ini terkubur dalam diam, akhirnya ditemukan kembali oleh tim peneliti Bolivia dan Universitas Penn State, Amerika Serikat.
Penemuan ini bukan hanya membuka tabir masa lalu Andes, tetapi juga menunjukkan bagaimana masyarakat purba mampu membangun sistem perdagangan, politik, dan spiritual yang saling terhubung jauh sebelum kolonialisme datang mengoyak tanah Amerika Selatan.
Baca juga
Kuil yang diberi nama Palaspata ini terletak sekitar 210 kilometer di selatan pusat upacara utama Tiwanaku. Di mata arkeolog, kawasan ini dulunya merupakan titik temu tiga jalur perdagangan penting Andes yang menghubungkan dataran tinggi Altiplano, lembah Cochabamba yang subur, dan tepi Danau Titicaca yang sakral. Lokasi strategis ini menjadikan Palaspata tak sekadar pusat upacara keagamaan, melainkan sumbu penting dalam jaringan kekuasaan dan distribusi ekonomi Tiwanaku.
“Dalam masyarakat Tiwanaku, hampir semua aktivitas ekonomi dan politik dimediasi lewat ritus keagamaan. Agama menjadi bahasa pemersatu lintas wilayah dan komunitas,” ujar José Capriles, antropolog Penn State dan penulis utama studi tersebut seperti dikutip Astakom dari jurnal Antiquity (24 Juni 2025).
Yang membuat penemuan ini menarik adalah bagaimana teknologi modern seperti citra satelit gabungan, fotogrametri 3D, dan drone UAV digunakan untuk mengidentifikasi struktur yang hampir tak terlihat oleh mata telanjang.
Meski situs tersebut selama ini dikenal oleh para petani lokal, belum pernah ada penelitian arkeologis serius karena tampilan fisiknya dianggap tak istimewa. Ternyata, di balik bukit itu tersembunyi kompleks kuil besar seluas 1,8 hektare, lengkap dengan 15 ruangan persegi yang mengelilingi halaman pusat.
Yang paling mencolok adalah indikasi bahwa kuil tersebut dibangun sejajar dengan posisi matahari saat ekuinoks, memperkuat hipotesis bahwa sistem kalender matahari dan ritus agrikultur adalah bagian penting dari kosmologi Tiwanaku.
“Fungsi kuil ini tak hanya sakral, tapi juga ekonomis. Ini adalah pusat ritus panen, distribusi pangan, dan negosiasi antar-wilayah,” jelas Capriles seperti dikutip Astakom dari ScieTech.
Temuan ini juga mengejutkan masyarakat lokal. Wali kota Caracollo, Justo Ventura Guarayo, menyebutnya sebagai “pengungkapan identitas lokal yang terlupakan.” Ia berharap situs Palaspata bisa menjadi basis baru untuk pengembangan pariwisata budaya dan edukasi sejarah di wilayah yang selama ini luput dari peta wisata nasional Bolivia.
Pemerintah daerah pun kini tengah berkoordinasi dengan otoritas nasional dan arkeolog untuk menjaga serta mengelola situs tersebut secara berkelanjutan.
Penemuan Palaspata bukan sekadar soal reruntuhan kuno, melainkan narasi politik kebudayaan yang relevan hingga hari ini. Di tengah arus globalisasi dan krisis identitas budaya di banyak negara Amerika Latin, bangkitnya kembali jejak Tiwanaku menjadi simbol penting bahwa kedaulatan, spiritualitas, dan integrasi ekonomi telah lama hidup berdampingan dalam sejarah kawasan ini jauh sebelum kolonialisme dan kapitalisme modern mereduksi masyarakat adat menjadi “warisan eksotis.”
Studi ini didanai oleh National Science Foundation AS dan bekerja sama dengan Kementerian Budaya, Dekolonisasi, dan Depatriarkalisasi Bolivia. Penanggalan radiokarbon dilakukan di laboratorium Penn State, membuka kemungkinan lebih luas untuk ekspor riset dan kerja sama konservasi antarnegara.