Selasa, 1 Jul 2025
Selasa, 1 Juli 2025

Program Makan Bergizi Gratis: Inovasi atau Beban? Ini Penjelasan Akademisnya (Seri 1)

astakom, Jakarta – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjadi salah satu janji kampanye yang paling menyita perhatian sejak diumumkan oleh Presiden terpilih, Prabowo Subianto. Di satu sisi, program ini dinilai sebagai solusi jangka panjang untuk mengatasi stunting dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Namun di sisi lain, kritik juga bermunculan terkait besarnya anggaran, efektivitas, serta potensi penyimpangan dalam pelaksanaannya.

Untuk menjawab beragam pertanyaan publik secara objektif, Astakom menyajikan serial tanya-jawab berdasarkan pemikiran Prof. Gunawan Sumodiningrat, Guru Besar Universitas Gadjah Mada dan ekonom senior yang menelaah program MBG dari sudut pandang ilmiah dan praktis.

Berikut bagian pertama dari serial ini: Mengapa MBG menuai pro dan kontra?


Astakom:
Mengapa program Makan Bergizi Gratis (MBG) memancing debat pro dan kontra di masyarakat?


Prof. Gunawan Sumodiningrat:
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) memantik perdebatan di masyarakat karena beberapa alasan mendasar:

  • Besarnya Anggaran dan Alokasi Sumber Daya:
    Program ini diproyeksikan membutuhkan anggaran yang sangat besar, mencapai ratusan triliun rupiah. Hal ini memicu perdebatan mengenai prioritas alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pihak yang pro melihatnya sebagai investasi jangka panjang untuk sumber daya manusia, sementara pihak yang kontra khawatir program ini akan membebani APBN dan mengorbankan sektor pembangunan lain yang juga penting.
  • Efektivitas dan Efisiensi:
    Muncul pertanyaan mengenai sejauh mana program ini akan efektif dalam mencapai tujuannya, yaitu meningkatkan gizi anak dan mengatasi stunting. Ada kekhawatiran terkait potensi pemborosan, salah sasaran, dan kualitas makanan yang diberikan. Di sisi lain, pendukung program berargumen bahwa intervensi gizi langsung seperti ini sangat krusial.
  • Mekanisme Pelaksanaan:
    Detail mengenai mekanisme pengadaan, distribusi, dan pengawasan program ini masih menjadi sorotan. Kekhawatiran muncul terkait potensi masalah logistik, keterlibatan berbagai pihak, dan risiko kebocoran atau korupsi.
  • Dampak Ekonomi:
    Ada perdebatan mengenai dampak ekonomi program ini. Pihak pro melihat potensi bergeraknya ekonomi lokal melalui pelibatan UMKM dalam penyediaan makanan. Sebaliknya, pihak kontra mengkhawatirkan potensi inflasi atau ketergantungan pada impor bahan baku tertentu.
  • Keberlanjutan Program:
    Pertanyaan mengenai keberlanjutan program ini dalam jangka panjang juga menjadi bahan perdebatan. Apakah program ini akan menjadi solusi permanen atau hanya bersifat sementara, dan bagaimana strategi keberlanjutannya.
  • Aspek Politis:
    Tidak dapat dipungkiri, sebagai program unggulan presiden terpilih, MBG juga tidak lepas dari aspek politis. Perdebatan bisa dipengaruhi oleh perbedaan pandangan politik dan kepentingan berbagai kelompok.

Rubrik Sama :

Cover Majalah

Update