astakom, Bone – Dalam gemerlap panggung Ana’dara Kallolona Bone 2025, salah satu peserta, Zhera, tampil bukan hanya dengan keanggunan dan kemampuan, tetapi juga dengan ketulusan hati yang menggetarkan.
Bagi gadis muda asal Bone ini, ajang tersebut bukan sekadar kontes kecantikan dan budaya, tetapi sebuah perjalanan batin yang memperkuat jati diri dan membuka mata terhadap makna eksistensi sebagai perempuan Bugis masa kini.
“Keikutsertaan saya di Ana’dara Kallolona Bone adalah pengalaman terbesar selama saya berada di AKB Bone. Luar biasa eksistensinya,” ungkap Zhera yang juga kader IPM penuh haru. Matanya berbinar, bukan karena gelar, tetapi karena rasa syukur telah melewati proses panjang yang membentuknya.
Sejalan dengan tema tahun ini, Ana’dara Kallolona Bone 25, Zhera menegaskan bahwa ajang seperti ini adalah ruang pertumbuhan—baik pola pikir maupun mentalitas. “Ajang-ajang seperti ini adalah wadah perkembangan pola diri dan pemikiran. Perempuan yang bisa mempertahankan konsistensinya, itulah pemenang sesungguhnya,” katanya, mantap.
Zhera percaya, kemenangan bukan semata-mata soal peringkat atau gelar. “Ini hanya persoalan juara 1, 2, atau 3. Semua sama—mereka juara di bidangnya masing-masing,” ujarnya dengan dewasa. Ia menambahkan bahwa dalam menapaki dunia perempuan Bugis yang sarat makna budaya dan keagamaan, keseimbangan antara keduanya sangat penting.
“Tapi bukan menjadi hambatan jika kita melihat kuantitas dan kualitas. Pemenang sejati adalah ia yang bisa bertahan sampai akhir, dan yang menjunjung tinggi dirinya sendiri tanpa menjadi orang lain,” tegasnya.
Perjalanan Zhera tak lepas dari dukungan penuh orang-orang terdekat. Ia dengan penuh hormat menyampaikan terima kasih kepada orang tuanya tercinta, yang selalu menjadi sumber kekuatan dan inspirasi. Juga kepada tokoh dan pembimbing yang telah membentuk mental dan wawasan dirinya selama masa karantina dan persiapan.
“Terima kasih kepada @disbud_bone, @anadarakallolo_bone, dan semua panitia yang telah menyelenggarakan kegiatan ini dengan luar biasa,” ujarnya. Ucapan tulus pun mengalir kepada para pembina, khususnya @nurainunlailyyutika, yang telah mendidik dan membimbingnya secara intens dalam beberapa hari penting menjelang malam puncak.
Zhera juga tak lupa menyebut nama-nama penting yang ada dalam perjalanannya, seperti Puang Abdul Samad yang selalu memberi dorongan moral, hingga sahabat dan para sponsor yang menjadikan ajang ini semakin meriah dan bermakna.
“Ana’dara Kallolona Bone bukan hanya tentang siapa yang menang, tapi tentang keluarga baru yang saya temukan. Tentang pelajaran hidup, tentang silaturahmi, dan tentang menjadi perempuan Bugis yang percaya pada dirinya sendiri,” tutupnya.
Di tengah sorotan lampu dan gemuruh tepuk tangan, Zhera berdiri sebagai gambaran perempuan muda yang tak hanya tampil untuk dipuji, tetapi juga hadir untuk menginspirasi. Bahwa dalam dunia yang terus bergerak, menjadi diri sendiri adalah bentuk kemenangan paling indah.