astakom, Lombok – Kisah mendebarkan datang dari pendaki asal Irlandia, Paul Farrell, yang berhasil selamat setelah terjatuh dari ketinggian sekitar 200 meter di Gunung Rinjani.
Peristiwa yang terjadi pada Oktober lalu ini baru-baru ini viral dan ramai diperbincangkan setelah diangkat oleh BBC News Brasil, karena disebut mirip dengan insiden tragis yang menewaskan pendaki asal Brasil, Juliana Marins.
Baca juga :
Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.
Farrell mengaku memulai pendakiannya dini hari dari base camp.
Jalur yang menantang tak menyurutkan semangatnya hingga akhirnya mencapai puncak Rinjani, gunung tertinggi kedua di Indonesia dan dikenal sebagai salah satu destinasi pendakian paling indah di Asia Tenggara.
Namun, malapetaka terjadi saat ia turun. Farrell berhenti sejenak untuk membersihkan sepatu dari kerikil. Saat itulah, sarung tangannya terbang tertiup angin ke arah kawah.
“Saya berlutut untuk mengambilnya, tapi tanah di bawah saya ambruk. Saya langsung jatuh ke bawah,” ungkap Farrell seperti yang dikutip astakom, Sabtu (28/6).
Dalam kondisi panik, Farrell mencakar tanah dan mencari batu sebagai pegangan untuk memperlambat jatuhnya. Ia mengaku sempat melihat batu besar dan berusaha mengarahkan tubuhnya ke sana.
“Saya mencoba mencakar atau mencengkeram apa saja dengan tangan dan kuku agar bisa memperlambat kejatuhan,” kisahnya.
Farrell akhirnya berhenti di kedalaman sekitar 200 meter, hanya dengan luka ringan.
Keberuntungannya makin nyata saat seorang pendaki asal Prancis melihat kejadian itu dan segera kembali ke base camp untuk memanggil bantuan.
Farrell menunggu lebih dari lima jam di atas batu sambil menahan rasa takut. Ia terus berdoa agar selamat, bahkan rela menerima patah tulang jika bisa bertahan hidup.
Menariknya, saat tim SAR datang, Farrell terlihat tenang sambil menyalakan rokok di atas bongkahan batu.
“Saya berdoa agar bisa keluar hidup-hidup. Bahkan jika harus patah semua tulang, saya rela,” katanya.
Kebetulan, tim penyelamat saat itu sudah berada di area gunung karena tengah mengevakuasi jenazah seorang pria yang juga terjatuh di lokasi berdekatan.
Setelah insiden itu, Farrell merasa sangat bersyukur. Ia mengaku bahwa pengalaman mendekati maut telah mengubah hidupnya, bahkan memperkuat hubungannya dengan Tuhan.
“Sejak kejadian itu, hubungan saya dengan Tuhan lebih kuat. Hidup saya kini lebih terarah pada nilai-nilai yang benar-benar penting,” ujarnya dari India, tempat ia kini mengikuti retret yoga dan meditasi.
Ia juga menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya Juliana Marins dan menyarankan peningkatan keamanan jalur pendakian, seperti penambahan pemandu serta regulasi yang lebih ketat.
Meski begitu, semangatnya untuk mendaki tak padam.
“Tanpa ragu. Saya akan lebih hati-hati, tapi mendaki adalah bagian dari hidup saya,” tegasnya.