astakom, Jakarta – Sentimen positif mulai menyelimuti pasar global seiring meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, pasca kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran.
Hal ini pun disambut baik oleh investor dunia. Apalagi Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump menyambut baik kesempatan itu, menandai momen damai yang telah lama dinantikan pelaku pasar.
Baca juga
Namun, euforia damai di kawasan Timur Tengah ini justru berimbas negatif pada harga minyak dunia. Dalam sepekan terakhir, harga komoditas emas hitam itu terjun bebas lebih dari 11 persen.
Analis Indopremier Sekuritas menilai, penurunan harga minyak dunia itu merupakan hal yang wajar di tengah meredanya konflik. Hal ini lantaran komoditas seperti minyak dinilai pasar sebagai sektor yang kurang menjanjikan.
“Ya wajar sih, tensi mereda, komoditas kayak minyak mulai ditinggalin investor,” ujar Analis Indopremier dalam hasil risetnya, dikutip astakom.com, Sabtu (28/6).
Berdasarkan data dari tradingeconomics yang dihimpun astakom.com, harga minyak dunia pada perdagangan Jumat (27/6), turun 0,32 persen dari harga sebelumnya, menjadi 65,03 USD per barel.
Padahal, harga minyak dunia sempat melonjak di atas USD 80 pada saat kondisi geopolitik di kawasan Timur Tengah mulai memanas pada pertengahan Juni, akibat aksi militer Israel dan Iran yang saling balas.
Untuk itu ke depan, analis Indopremier melihat pasar saham akan melaju berbalik arah. Jika sebelumnya sektor komoditas menjadi primadona pasar saat perang berlangsung, kini pasar lebih memilih sektor perbankan.