Jumat, 27 Jun 2025
Jumat, 27 Juni 2025

Tradisi Malam 1 Suro 2025 Malam Penuh Sakral, Mitos dan Budaya

astakom, Jakarta– Salam asta, malam 1 Suro selalu punya tempat istimewa dalam tradisi masyarakat Jawa. Ia bukan sekadar penanda awal tahun dalam penanggalan Jawa, tetapi juga diyakini sebagai malam penuh kekuatan spiritual. Menariknya, pada tahun 2025 ini, malam 1 Suro bertepatan dengan malam Jumat Kliwon—kombinasi yang kerap dianggap sebagai malam paling sakral dan mistis.

Dalam unggahan di akun Instagram resmi @mangkunegaran, disebutkan bahwa malam 1 Suro Dal 1959 jatuh pada Kamis malam Jumat, 26 Juni 2025. Berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2025 dari Kementerian Agama, malam ini bertepatan pula dengan Jumat Kliwon dalam kalender Jawa.

Baca juga :

Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.

Menurut Tri Aji Budi Harto dalam buku Petangan Jawi, kalender Jawa menggunakan dua sistem siklus hari: mingguan (Ahad hingga Sabtu) dan pancawara (Wage, Kliwon, Legi, Pahing, Pon). Kombinasi dua siklus ini melahirkan “weton”, seperti Jumat Kliwon—yang kali ini menyatu dengan malam 1 Suro.

Kombinasi Sakral: Saat Ilmu Gaib, Ritual, dan Peringatan Leluhur
Dalam tradisi Jawa, malam Jumat Kliwon dipercaya sebagai waktu di mana dunia manusia dan alam gaib berada sangat dekat. Banyak yang memanfaatkan malam ini untuk menjalani laku spiritual: bertapa, tirakat, hingga ritual kebatinan. Bagi mereka yang menekuni dunia mistik, ini adalah malam ujian batin sekaligus peningkatan kekuatan gaib.

Tak hanya itu, air hujan yang turun pada malam ini juga dianggap memiliki kekuatan membersihkan hati dan pikiran. Warga akan menampung airnya untuk digunakan mencuci wajah atau berdoa. Kepercayaan ini menunjukkan betapa eratnya hubungan antara alam dan spiritualitas dalam budaya Jawa.

Namun, di balik kesakralannya, malam Jumat Kliwon juga dianggap sebagai malam penuh bahaya gaib. Mereka yang meninggal pada hari ini, makamnya harus dijaga selama 40 hari untuk mencegah penyalahgunaan jenazah oleh pelaku ilmu hitam. Gangguan makhluk halus, pencurian kain kafan, hingga aktivitas santet menjadi mitos yang terus hidup di tengah masyarakat.

Malam Penuh Pantangan: Dari Tidak Keluar Rumah hingga Larangan Mencabut Alis
Seiring dengan berbagai kepercayaan tersebut, malam 1 Suro yang bertepatan dengan Jumat Kliwon juga membawa sejumlah larangan yang masih dipegang teguh, terutama oleh masyarakat adat di Jawa

Tidak Dianjurkan Keluar Rumah
Malam ini dianggap sebagai waktu berkeliarannya makhluk halus. Perjalanan malam bisa mengundang musibah, sehingga warga memilih untuk tinggal di rumah, berdoa, dan berkumpul dengan keluarga.

Menjaga Ucapan dan Tidak Berkata Kasar
Keyakinan bahwa kata-kata punya kekuatan membuat masyarakat menjaga lisannya. Malam ini dianggap sebagai waktu di mana arwah leluhur turun, sehingga sopan santun dijunjung tinggi.

Menjaga Keheningan
Suasana tenang dan hening dipercaya bisa mencegah datangnya energi negatif. Bahkan, beberapa orang melakukan tapa bisu sebagai bentuk penghormatan terhadap malam sakral ini.

Tidak Menggelar Acara Besar
Pernikahan, khitanan, atau hajatan besar sebaiknya ditunda. Masyarakat percaya bahwa menggelar pesta di bulan Suro dapat membawa kesialan.

Menunda Pindahan dan Pembangunan Rumah
Aktivitas besar seperti membangun atau pindah rumah dianggap berisiko secara spiritual, dan sebaiknya dilakukan di bulan berikutnya.

Larangan Mencabut Alis
Salah satu mitos unik yang berkembang menyebut bahwa mencabut alis pada malam ini dapat mengundang kehadiran tuyul. Makhluk gaib kecil ini diyakini tertarik pada aktivitas perawatan tubuh yang membuka celah spiritual.

Malam Penuh Sejarah: Dari Sultan Agung hingga Festival Modern
Sejarah malam 1 Suro tak bisa dilepaskan dari sosok Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram yang memperkenalkan sistem penanggalan Islam pada tahun 1633 Masehi. Ia menggabungkan kalender Jawa dan Hijriah untuk menyatukan rakyatnya, dengan harapan memperkuat persatuan menghadapi kolonial Belanda di Batavia.

Menariknya, penghitungan 1 Suro dimulai pada hari Jumat Agung—hari yang dianggap sakral dan tidak layak untuk aktivitas selain ibadah. Sejak saat itu, malam 1 Suro menjadi bagian tak terpisahkan dari spiritualitas masyarakat Jawa.

Hingga kini, tradisi memperingati malam 1 Suro masih dilestarikan. Di Yogyakarta, ada Mubeng Beteng, kirab malam keliling benteng keraton dalam keheningan. Sementara di Ponorogo, masyarakat menggelar Grebeg Suro, yang menampilkan pawai budaya, pertunjukan Reog, dan kirab pusaka.

Simbol Mistis Sekaligus Momentum Pembersihan Diri
Malam 1 Suro tak sekadar mistis atau menakutkan. Ia juga menjadi simbol pembersihan diri. Banyak orang melakukan ruwatan untuk menolak bala dan membuka lembaran hidup baru. Doa-doa dan laku spiritual dilakukan demi keselamatan dan keberkahan sepanjang tahun.

Dengan keheningan, pantangan, dan perenungan yang dijalankan, masyarakat berharap malam ini membawa keseimbangan antara dunia nyata dan gaib, antara manusia dan alam, antara masa lalu dan masa depan.

Salam Gen Asta
Editor in Chief

Rubrik Sama :

Gen Asta, Ini Catatan Kisah Hubungan Indonesia-Rusia: Dari Persahabatan Sejarah ke Diplomasi Strategis

astakom, Jakarta- Hubungan Indonesia dengan Rusia memiliki akar yang dalam, bahkan sejak era Uni Soviet. Ketika Indonesia baru saja memproklamasikan kemerdekaannya pada 1945, Uni...

Salam Asta, Indo Defence Ajang Strategis Sinkronisasi Visi Pertahanan Nasional dan Global Presiden Prabowo

astakom, Jakarta- Di tengah dinamika geopolitik yang kian kompleks, Indo Defence 2024 Expo & Forum yang digelar pada 11–14 Juni 2025 di JIExpo Kemayoran...

Salam Asta, Catatan untuk Penjaga Gerbang Negara: Letjen Djaka dan Misi di Bea Cukai

astakom, Jakarta- Era ekonomi digital telah mengubah wajah perdagangan global. Transaksi melalui e-commerce meningkat tajam, ditandai dengan frekuensi tinggi dan nilai kecil, yang menuntut...

Gen Asta Perlu Tahu! Minang dan Pancasila: Warisan Kearifan Lokal Jati Diri Bangsa

astakom, Jakarta- Tahukah Gen Asta, jauh sebelum Pancasila dirumuskan sebagai dasar dan sumber segala sumber hukum Negara Republik Indonesia, masyarakat Minangkabau telah menjalankan Pancasila...
Cover Majalah

Update