astakom, Jakarta – Ketua Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Noor Achmad menegaskan pentingnya zakat sebagai instrumen sosial dalam kehidupan beragama. Ia menyebut bahwa separuh dari ajaran agama adalah urusan sosial, bukan semata-mata ibadah ritual.
Hal itu disampaikannya dalam penutupan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengawasan Pengelolaan Zakat Tahun 2025 di Jakarta.
Baca juga
Noor Achmad menjelaskan bahwa penguatan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) sangat penting untuk membangun kehidupan beragama yang utuh dan berdampak.
“Separuh agama itu adalah urusan sosial, separuhnya lagi ibadah mahdah (ritual-red). Artinya, separuh dari kehidupan beragama kita dikelola melalui pendekatan sosial,” tegas Noor, dikutip astakom.com, Kamis (26/6).
Menurutnya, pengelolaan ZIS yang efektif, kolektif, dan inklusif dapat memberikan solusi atas berbagai permasalahan sosial, terutama ketimpangan ekonomi dan kemiskinan struktural.
“Jika pengelolaan ZIS berjalan efektif, berarti kita telah menyelesaikan separuh dari persoalan keagamaan. Karena separuh agama itu adalah bagaimana kita hidup berdampingan dan membantu sesama,” jelasnya.
Noor Achmad juga menyoroti pentingnya memperkuat kelembagaan zakat dan kolaborasi antarlembaga. Menurutnya, zakat bukan hanya tanggung jawab lembaga keagamaan, melainkan juga merupakan bagian dari sistem nasional untuk kesejahteraan.
Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Bimas Islam Abu Rokhmad menggarisbawahi peran Kementerian Agama dalam memperkuat fungsi regulasi dan pengawasan terhadap pengelolaan zakat di seluruh Indonesia.
“Rakornas merekomendasikan penguatan posisi Kementerian Agama sebagai regulator, peningkatan kapasitas kelembagaan BAZNAS dan LAZ, serta pemahaman menyeluruh terhadap regulasi zakat,” ujar Abu Rokhmad.
Ia berharap pengelolaan ZIS semakin tepat sasaran, berintegritas, dan akuntabel. Sehingga dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat menuju Indonesia Emas 2045.
“Zakat bisa menjadi instrumen keagamaan yang berdampak dalam mendukung negara mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan menanggulangi kemiskinan menuju Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.