astakom, Jakarta – Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar menyerukan pentingnya profesionalisme, integritas, dan amanah dalam pengelolaan zakat.
Ia pun mengajak seluruh pemangku kebijakan zakat untuk meneladani Abu Hurairah sebagai contoh ideal seorang amil zakat yang jujur dan bertanggung jawab.
Baca juga
Ajakan itu disampaikan Menag saat menutup Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengawasan Pengelolaan Zakat Tahun 2025 yang berlangsung di Jakarta.
“Mari kita menjadi amil yang benar, mari kita menjadi Abu Hurairah,” ujar Menag di hadapan para peserta Rakornas, dikutip astakom.com, Kamis (26/6).
Ia menekankan bahwa Abu Hurairah adalah sosok yang tidak hanya amanah, tetapi juga profesional dalam mengelola keuangan umat.
Dalam sejarah Islam, Abu Hurairah bahkan dipercaya Rasulullah SAW untuk memegang kunci Baitul Mal, tempat penyimpanan zakat, infak, sedekah, dan wasiat.
Menag kemudian mengisahkan pengalaman Abu Hurairah saat menjaga Baitul Mal atas perintah Nabi. Tiga malam berturut-turut, Abu Hurairah menghadapi seorang pencuri yang memohon karena keluarganya kelaparan.
Meski demikian, ia tetap menjalankan tugasnya dengan penuh tanggung jawab. Ternyata, pemuda itu adalah iblis yang menyamar dan sempat mengajarkan bacaan Ayat Kursi.
“Nabi tahu siapa yang pantas memimpin Baitul Mal. Itulah Abu Hurairah yang sangat jujur dan pantas menjadi amil,” jelasnya.
Menag juga menjelaskan perbedaan antara istilah amil dan fa’il. Meskipun berasal dari akar kata yang sama, namun menurut Menag, amil adalah orang yang bekerja secara profesional dan bertanggung jawab. Sedangkan fa’il hanyalah orang yang sekadar bekerja tanpa memperhatikan kompetensi.
“Kalau yang ditunjuk tidak kompeten, maka itu bukan amil, tapi fa’il,” tegasnya.