astakom, Jakarta – Dunia kini berada di ambang revolusi teknologi berikutnya. Setelah era 5G membawa percepatan internet dan komunikasi real-time, perhatian global kini tertuju pada 6G, teknologi generasi keenam yang menjanjikan konektivitas ultra-cepat, kecerdasan jaringan, dan integrasi penuh Internet of Everything (IoE).
Berdasarkan laporan dari Light Reading dan konfirmasi lembaga 3GPP, proses formal standarisasi teknis untuk 6G dimulai pada Agustus 2025. Proses ini akan berlangsung selama 18 hingga 21 bulan dan ditargetkan selesai pada 2027 atau awal 2028.
Menurut International Telecommunication Union (ITU), 6G akan menjadi jaringan pertama yang secara native mengintegrasikan kecerdasan buatan (AI) ke dalam struktur jaringannya.
“6G tidak sekadar koneksi cepat. Ini adalah tentang membangun jaringan cerdas yang mampu memahami konteks dan beradaptasi secara real-time,” ujar CTO Ericsson, Erik Ekudden, dalam laporan resmi mereka tahun ini seperti dikutip Astakom.
Fitur Kunci Teknologi 6G:
- Spektrum Terahertz (THz): Untuk mengirimkan data dalam kecepatan multi-gigabit per detik.
- Network Sensing: Jaringan dapat “merasakan” kondisi fisik sekitarnya—berguna untuk kendaraan otonom dan AR/VR.
- Non-Terrestrial Networks (NTN): Koneksi dari satelit rendah orbit (LEO) untuk menjangkau wilayah terpencil.
- Edge Intelligence: Pengolahan data terdesentralisasi agar lebih cepat dan efisien.
Finlandia menjadi salah satu negara pertama yang merilis roadmap nasional 6G yang mencakup alokasi frekuensi, regulasi keamanan, dan dukungan riset publik-swasta. Sementara itu, Korea Selatan telah memulai uji coba teknologi THz di kota-kota pintar seperti Seoul dan Busan.
Menurut laporan Light Reading yang dikutip Astakom, operator besar seperti NTT DoCoMo, Verizon, SK Telecom, Nokia, Ericsson, dan Huawei aktif dalam konsorsium pengembangan 6G.
Bagaimana dengan Indonesia?
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah menyatakan kesiapan awal dengan menyusun roadmap nasional 6G sebagai bagian dari strategi digital jangka panjang menuju Indonesia Emas 2045.
Hasil dari World Radiocommunication Conference (WRC) 2023 menunjukkan bahwa beberapa pita frekuensi yang diproyeksikan untuk 6G telah mulai dibuka, termasuk frekuensi sub-7 GHz.
Namun, menurut berbagai pengamat yang dikutip Astakom, Indonesia masih menghadapi tantangan besar:
- Infrastruktur digital, terutama di daerah tertinggal, masih perlu ditingkatkan agar bisa menopang arsitektur jaringan 6G.
- Investasi untuk teknologi pendukung seperti edge computing, AI, dan satellite-based connectivity masih terbatas.
- Peningkatan kapasitas SDM di bidang telekomunikasi dan AI menjadi sangat krusial.
Jika langkah-langkah ini berhasil dijalankan, Indonesia berpotensi menjadi salah satu negara berkembang pertama yang mengadopsi 6G secara aktif, memperkuat sektor industri, pendidikan, hingga layanan publik jarak jauh seperti kesehatan dan transportasi pintar.
Meskipun tahap teknis dimulai tahun ini, peluncuran komersial global 6G baru diprediksi akan dimulai antara 2029 hingga 2030. Smartphone dan perangkat dengan kemampuan 6G diperkirakan hadir tak lama setelah spesifikasi final dirilis oleh 3GPP dan ITU.
Jika 5G adalah jalur cepat, maka 6G adalah otak dari seluruh jaringan, memungkinkan kolaborasi real-time antar mesin, kendaraan otonom tanpa jeda, hingga pengendalian perangkat medis jarak jauh.
“6G bukan sekadar koneksi. Ini akan menjadi jaringan yang tahu, merasakan, dan bertindak,” tegas Koen Smets, peneliti senior jaringan pintar dari Belgia.