astakom, Jakarta – Kerja sama nuklir Indonesia dan Rusia yang baru saja dibuka oleh Presiden Vladimir Putin dan Presiden Prabowo Subianto mendapat dukungan bersyarat dari akademisi, salah satunya Rafyoga Jehan Pratama I.
Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu mengingatkan pemerintah untuk tidak hanya mengejar manfaat strategis, tapi juga memastikan aspek keselamatan lingkungan dan penguatan Sumber Daya Manusia (SDM).
“Yang paling fundamental adalah memastikan pengembangan nuklir ini tidak merusak lingkungan atau menimbulkan risiko besar bagi masyarakat,” ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip astakom.com, Senin (23/6).
Yoga mengingatkan bahwa sejarah telah mencatat dampak besar dari kecelakaan nuklir seperti Chernobyl dan Fukushima. Hal ini harus menjadi pembelajaran agar Indonesia tidak mengulang kesalahan yang sama dalam mengejar modernisasi energi.
Ia menambahkan, pengembangan SDM yang kompeten menjadi fondasi utama untuk menjamin keberhasilan dan keamanan program nuklir di Indonesia.
“Pemerintah harus memastikan bahwa kerja sama ini tidak hanya berjalan aman, tetapi juga mampu memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat Indonesia,” tegasnya.
Menurut Yoga, perlu ada investasi serius pada pendidikan dan pelatihan tenaga ahli, serta lembaga pengawasan independen yang mampu mengawal proses dari hulu ke hilir.
Kerja sama dengan Rusia juga diharapkan bukan hanya soal teknologi, tetapi mencakup alih pengetahuan dan kemampuan, agar Indonesia tidak menjadi pasar pasif dalam industri nuklir global.
“Membangun sistem tata kelola yang transparan, akuntabel, dan melibatkan partisipasi publik akan menjadi kunci,” tambah Yoga.
Dengan perhatian serius pada aspek lingkungan dan SDM, Indonesia dinilai berpotensi menjadi model negara berkembang yang mampu memanfaatkan energi nuklir secara damai, aman, dan berkelanjutan.