astakom, Jakarta – Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali menjadi momok bagi pasar global, khususnya pasar derivatif seperti aset kripto (cryptocurrency).
Isu terbaru soal kemungkinan penutupan Selat Hormuz oleh Iran menambah ketidakpastian yang sudah tinggi sejak serangan militer Amerika Serikat (AS) ke wilayah Iran pada akhir pekan lalu.
Baca juga
Pasalnya, Selat Hormuz merupakan jalur vital pengiriman minyak dunia, di mana lebih dari 20 persen ekspor minyak global melintasinya. Rencana penutupan selat ini pun memicu reaksi pasar yang ekstrem.
Dukungan Parlemen Iran Picu Gejolak
Mengutip Coindesk, kecemasan pelaku pasar melonjak setelah parlemen Iran secara bulat menyatakan dukungan terhadap opsi penutupan Selat Hormuz. Sentimen tersebut langsung tercermin pada pergerakan harga sejumlah token kripto.
Salah satu token yang mencuri perhatian adalah meme coin bertema minyak, OIL, yang melonjak lebih dari 400 persen hanya dalam sehari, tepat setelah kabar penutupan selat mencuat pada Minggu kemarin.
Berdasarkan data dari DEXTools, lonjakan ini terjadi dalam waktu singkat, menunjukkan betapa sensitifnya pasar terhadap perkembangan geopolitik.
Meski demikian, token OIL tergolong aset spekulatif. Ia tidak memiliki whitepaper, utilitas yang jelas, maupun roadmap pengembangan. Kenaikan harganya lebih disebabkan oleh spekulasi pasar dibandingkan fundamental proyek.
Fenomena ini mengingatkan pada pola pump-and-dump yang kerap terjadi di sektor kripto. Lonjakan harga yang tajam berisiko diikuti oleh koreksi mendalam. Oleh karena itu, investor disarankan tetap waspada dan tidak terpancing euforia sesaat.
Ancaman Krisis Ekonomi Global
Isu penutupan Selat Hormuz tak hanya berdampak pada pasar energi, tetapi juga berpotensi memicu krisis ekonomi global baru.
Negara-negara pengimpor minyak seperti Amerika Serikat, India, Jepang, dan kawasan Eropa diperkirakan akan menghadapi lonjakan inflasi dan tekanan ekonomi yang meningkat.
Menurut analisis dari Indodax, volatilitas pasar aset digital seperti Bitcoin, stablecoin, hingga token bertema energi diperkirakan tetap tinggi selama konflik di kawasan tersebut terus berkembang, seiring meroketnya harga minyak dunia.