Senin, 29 Sep 2025
Senin, 29 September 2025

Konflik Timur Tengah Picu Krisis Energi, Percepatan Transisi Energi Jadi Solusi

astakom, Jakarta – Ketegangan di Timur Tengah akibat konflik bersenjata yang terus meningkat antara Iran dan Israel memicu kekhawatiran global, tak hanya dari sisi politik dan keamanan, tetapi juga pada sektor energi yang sangat vital.

Ketegangan di kawasan penghasil minyak dunia itu melonjak tajam setelah Amerika Serikat (AS) melancarkan serangan udara ke tiga fasilitas nuklir milik Iran, yang menjadi salah satu eskalasi paling serius dalam konflik Iran-Israel.

Aksi militer ini juga dinilai telah memperluas dimensi konflik ke ranah geopolitik global. Dampaknya pun dirasakan jauh hingga Indonesia, terutama pada ketahanan energi nasional. Pasalnya, Indonesia masih bergantung pada impor energi.

“Indonesia sangat bergantung pada negara lain untuk pasokan energi, khususnya dari Qatar dan Arab Saudi,” ujar Pakar Ekonomi Politik Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Faris Al-Fadhat, dikutip astakom.com, Minggu (22/6).

Berdasarkan data dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) RI, perdagangan energi Indonesia dengan Qatar tercatat sebesar 680 juta USD. Sementara dengan Arab Saudi mencapai 800 juta USD.

“Jika konflik memburuk dan menyeret kedua negara itu, Indonesia bisa terdampak lebih besar, terutama pada sektor energi yang sangat krusial,” ujarnya.

Menghadapi ancaman ini, Prof. Faris menilai bahwa percepatan transisi energi ke energi baru terbarukan (EBT) menjadi solusi strategis jangka panjang. Namun, ia menegaskan, upaya ini tidak akan berhasil tanpa dukungan kebijakan dan insentif yang jelas.

Menurutnya, pemerintah perlu menyiapkan regulasi yang mendukung serta memberikan insentif fiskal bagi sektor swasta agar tertarik berinvestasi di bidang energi baru dan terbarukan (EBT).

Prof. Faris menyebut situasi global saat ini sebagai The Great Disruption, yakni gabungan antara eskalasi geopolitik dan krisis tata kelola ekonomi internasional. Ia juga menyoroti pergeseran drastis dalam hubungan antarnegara di era modern.

“Banyak negara mulai meninggalkan tatanan rule-based dan lebih mementingkan kepentingan nasional masing-masing. Indonesia harus cermat membaca arah, siapa kawan dan siapa lawan,” pungkasnya.

Feed Update

RI Rampungkan CEPA dengan Kanada dan Eropa, Prabowo: Alhamdulillah Kunjungan Saya Bawa Manfaat

astakom.com, Jakarta – Presiden RI Prabowo Subianto menyampaikan hasil positif dari kunjungan kerjanya ke luar negeri. Salah satu capaian penting adalah penandatanganan Comprehensive Economic...

Presiden Prabowo Apresiasi Raja Belanda Kembalikan 30 Ribu Artefak ke Indonesia

astakom.com, Jakarta – Presiden RI Prabowo Subianto mengungkapkan hasil penting dari kunjungannya ke Belanda, salah satunya adalah kesepakatan pengembalian puluhan ribu artefak bersejarah milik...

Momen PM Kanada Kutip Pidato Prabowo di PBB: Kita Hadapi Dunia dengan Harapan

astakom.com, Ottawa, Kanada — Pertemuan bilateral antara Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Perdana Menteri Kanada Mark Carney menghasilkan penandatanganan Indonesia–Canada Comprehensive Economic Partnership...

Prabowo: Perdamaian Palestina-Israel Takkan Datang Jika Keamanan Tak Dijamin

astakom.com, New York – Presiden RI Prabowo Subianto menegaskan pentingnya jaminan keamanan bagi semua pihak dalam upaya mewujudkan perdamaian Palestina–Israel. Pernyataan itu disampaikan Prabowo...

Siapa Thucydides yang Pahamnya Ditolak Prabowo saat Pidato di PBB?

astakom.com, Jakarta – Dalam pidato di Sidang Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (23/9), Presiden Prabowo menyinggung doktrin Thucydides: ”Yang kuat berbuat semaunya, sementara...

Presiden Prabowo Gelar Pertemuan dengan Bill Gates, Anugerahkan Bintang Jasa Utama

astakom.com, Jakarta – Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, mengadakan pertemuan dengan tokoh filantropi dunia sekaligus pendiri Gates Foundation, Bill Gates, di Landmark Room, Lantai...

Viral

Videos