astakom, Jakarta – Serangan Iran ke Israel pada Minggu (15/6) menandai debut penggunaan rudal balistik canggih Haj Qassem, yang sukses menembus sistem pertahanan udara Iron Dome.
Ini menjadi sorotan tajam di tengah eskalasi konflik terbaru antara dua negara tersebut.
Baca juga
Mengutip Al Jazeera, Jumat (20/6), dalam serangan terkoordinasi yang melibatkan puluhan rudal, Iran menggunakan Haj Qassem untuk pertama kalinya.
Hasilnya, sejumlah kota besar Israel seperti Tel Aviv dan Haifa mengalami kerusakan parah, dengan laporan 10 korban tewas dan sekitar 200 orang luka-luka.
Rekaman yang beredar dari Israel menunjukkan bahwa Haj Qassem memiliki kecepatan dan daya hancur yang jauh melampaui rudal-rudal yang sebelumnya digunakan Iran.
Iran sendiri mengklaim rudal ini mampu menembus pertahanan berlapis Israel, termasuk Iron Dome dan sistem Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) milik militer Amerika Serikat yang dikerahkan ke Israel.
THAAD dikenal sebagai salah satu pertahanan rudal anti-balistik tercanggih di dunia untuk menghalau rudal jarak pendek hingga menengah.
Mengutip laporan Tasnim dari (5/5), rudal Haj Qassem mengandalkan modifikasi pada hulu ledaknya yang membuatnya mampu bermanuver dan menembus sistem pertahanan udara modern.
Selain itu, rudal ini juga dilengkapi sistem navigasi canggih yang memungkinkannya melawan peperangan elektronik dan mencapai target dengan akurasi tinggi tanpa bergantung pada GPS.
Rudal yang dinamai sesuai Jenderal Qassem Soleimani mantan komandan pasukan elite Quds dari IRGC yang tewas dalam serangan drone AS tahun 2020 menggunakan bahan bakar padat, membuat peluncurannya lebih cepat dan fleksibel.
Spesifikasi Rudal Haj Qassem:
* Bobot: 7 ton
* Muatan hulu ledak: hingga 500 kg
* Kecepatan masuk atmosfer: Mach 11
* Kecepatan saat menghantam target: sekitar Mach 5
* Jangkauan: hingga 1.200 km
* Sistem: Maneuverable Reentry Vehicle (MaRV), dengan pencari optik & inframerah serta navigasi inersia
Kemampuan MaRV membuat rudal ini dapat bermanuver saat mendekati target, meningkatkan kemampuannya menghindari intersepsi oleh sistem pertahanan seperti Iron Dome atau THAAD.
Meski memamerkan kecanggihan rudal ini, Iran berkali-kali menegaskan bahwa kekuatan militernya bertujuan untuk pencegahan dan bukan ancaman bagi negara-negara regional.
Dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, debut rudal Haj Qassem di medan tempur menjadi babak baru dalam kompetisi teknologi persenjataan antara Iran dan Israel, serta menantang dominasi pertahanan udara negara-negara Barat di kawasan tersebut.