Jumat, 20 Jun 2025
Jumat, 20 Juni 2025

Sri Mulyani Kritik Keras Kinerja WTO di Tengah Gejolak Perang Dagang

astakom, Jakarta – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati melontarkan kritik tajam terhadap kinerja Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yang dinilai tidak mampu menjalankan fungsinya secara efektif dalam merespons meningkatnya ketegangan perdagangan internasional.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global yang dipicu oleh perang dagang, khususnya akibat kebijakan tarif sepihak dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, Sri Mulyani menilai WTO justru kehilangan peran strategisnya sebagai lembaga multilateral.

“WTO yang sekarang tidak atau sangat kurang berfungsi. Ibaratnya, di sebuah desa ketika ada rumah tangga yang berselisih, mungkin lebih mudah dan praktis menyelesaikannya secara bilateral atau masing-masing,” ujar Sri Mulyani dalam keterangannya, dikutip astakom.com, Kamis (19/6).

Menurutnya, WTO seharusnya menjadi forum utama penyelesaian sengketa perdagangan antarnegara. Namun, lemahnya respon organisasi tersebut membuat negara-negara mulai mengambil langkah sendiri dalam menyelesaikan konflik, tanpa lagi mengandalkan lembaga internasional.

“Negara-negara yang kuat merasa harus menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa campur tangan lembaga multilateral. Ini lah yang disebut unilateralism atau dispute yang diselesaikan secara bilateral,” katanya.

Sri Mulyani juga menyinggung bahwa saat AS memilih memberlakukan tarif impor tinggi secara sepihak, banyak negara berharap agar persoalan tersebut ditangani melalui WTO. Sayangnya, lembaga itu justru dianggap pasif dan tidak menjalankan peran mediasi sebagaimana mestinya.

Kondisi ini memperkuat tren proteksionisme dan unilateralisme di panggung global, yang menurut Sri Mulyani akan berdampak panjang bagi stabilitas ekonomi dunia.

“We are witnessing the uncertainty. Ini akan lebih permanen. Karena secara alamiah, ketidakpastian itu tidak bersifat temporer atau sementara,” jelasnya.

Ia menambahkan, berakhirnya masa penundaan kebijakan tarif pada Juli mendatang akan memperkuat langkah protektif banyak negara, seiring dengan melemahnya fungsi lembaga multilateral seperti WTO.

Situasi ini, lanjut Sri Mulyani, bisa memicu “perpetual shock” atau guncangan berkepanjangan terhadap sistem ekonomi global, apalagi jika ditambah ketegangan di bidang politik dan keamanan.

“Akan terjadi perpetual shock karena keputusan politik dibuat oleh negara atau pimpinan negara tertentu, yang hanya mementingkan dirinya sendiri tanpa mempertimbangkan negara lain. Ini lah yang menjadi sumber ketidakpastian global,” tutupnya.

Rubrik Sama :

Pemerintah Minta Wajib Pajak Manfaatkan Fasilitas Supertax Deduction

Pemerintah mendorong para pelaku usaha yang menjadi wajib pajak (WP) untuk memanfaatkan berbagai skema fasilitas pajak yang ada, termasuk supertax deduction yang kini tengah berjalan.

Dua Universitas Ngetop Timur Tengah Bakal Buka Cabang di Indonesia

Dua universitas ternama dari Timur Tengah, yakni Universitas Al-Azhar Cairo dan Jordan University, dikabarkan tengah berencana untuk membuka cabang di Indonesia.

Buku Prabowo, Kepemimpinan Militer Terbit di Rusia Jelang KTT dengan Putin

astakom, St. Petersburg — Diplomasi bukan hanya soal pertemuan antar kepala negara, tetapi juga menyangkut pertukaran pemikiran dan nilai-nilai lintas budaya. Dalam rangka kunjungan kenegaraan...

Bocah Diaspora yang Bikin Prabowo Luluh di Rusia

astakom, St. Petersburg – Momen lucu sekaligus menghangatkan hati terjadi di lobi hotel tempat Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menginap saat kunjungan kenegaraannya di...
Cover Majalah

Update