astakom, Jakarta – Pemerintah Iran menuding Israel sebagai pihak yang menggagalkan upaya diplomatik terkait program nuklir melalui serangan militer besar-besaran yang terjadi Jumat (13/6) pagi waktu setempat.
Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi mengungkapkan, serangan Israel menargetkan berbagai fasilitas penting di Iran, termasuk fasilitas nuklir. Serangan ini membuat banyak pejabat tinggi dan ilmuwan utama Iran tewas.
Baca juga
Padahal Iran dijadwalkan melakukan negosiasi tidak langsung dengan Amerika Serikat (AS), terkait program nuklir di Muscat, pada Minggu (15/6) kemarin.
“Serangan ini terjadi saat Iran sedang menempuh jalur diplomasi dalam proses negosiasi nuklir. Kini, negosiasi tersebut tidak lagi memiliki dasar rasional,” ungkapnya dalam konferensi pers di kawasan Menteng, Jakarta, dikutip astakom.com, Selasa (17/6).
Adapun sebagai informasi, bahwa fasilitas nuklir di Iran yang digunakan untuk mengembangkan program nuklir menjadi salah satu sasaran serangan Israel, karena dianggap sebagai ancaman bagi mereka.
Hal itu tak lepas dari kegiatan pengayaan uranium, proses teknis yang dapat menghasilkan bahan bakar untuk pembangkit listrik, tetapi juga dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir yang dahsyat.
Karena itulah, AS sebagai bagian dari kekuatan Barat menuntut Iran untuk menghentikan kegiatan pengayaan uranium yang menjadi salah satu kegiatan dalam program nuklir.
Namun Iran tetap bersikukuh, bahwa program nuklirnya hanya untuk tujuan perdamaian atau energi saja.
Hingga akhirnya, muncul negosiasi tak langsung antara Iran dan AS yang seharusnya sudah memasuki putaran keenam pada Minggu lalu, namun batal karena serangan militer Israel yang dilancarkan dua hari sebelum jadwal negosiasi tersebut.