astakom, Jakarta – Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) sebagai salah satu unit pelaksana teknis Kementerian Pariwisata (Kemenpar), melakukan dialog interaktif dengan mahasiswa Universitas Kristen Indonesia (UKI).
Para mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Ikatan Mahasiswa Batak Nasional (IMAIBANA) itu berdialog membahas arah dan tantangan dalam pengembangan pariwisata Danau Toba.
Sejumlah persoalan yang menjadi hambatan dalam akselerasi pariwisata kawasan dipetakan dalam dialog publik bertajuk “Menatap Masa Depan Pariwisata Danau Toba” yang berlangsung di Gedung Fakultas Hukum UKI, Jakarta, Jumat (13/6). Diskusi mencakup skema kerja sama investasi hingga minimnya gebrakan promosi berskala internasional.
Direktur Utama BPODT, Jimmy Panjaitan, mengatakan Danau Toba sebagai destinasi memerlukan upaya promosi yang lebih agresif dan berani, salah satunya melalui penyelenggaraan event internasional yang mampu menarik perhatian dunia.
Sebelumnya, salah satu destinasi super prioritas nasional itu telah menjadi tuan rumah sederet event internasional seperti Aquabike Jetski World Championship dan F1 Powerboat Lake Toba.
“Kita harus mempromosikan Danau Toba sepenuh hati. Kita perlu lebih banyak menggelar event besar lain untuk menarik semakin banyak wisatawan mancanegara. Dan hingga saat ini kami juga terus berupaya meyakinkan investor untuk berinvestasi, sembari kami memperjuangkan perubahan jangka waktu investasi yang diinginkan investor agar lebih baik,” kata Jimmy.
Hal senada disampailan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Lamhot Sinaga. Ia menyampaikan pentingnya strategi promosi yang lebih progresif. Lamhot juga menganalisis kecenderungan di berbagai negara yang berhasil mengembangkan sektor pariwisata melalui pendekatan berbeda, termasuk optimalisasi event olahraga atau sport tourism.
“Kalau kita lihat Italia atau Jepang, mereka punya agenda rutin yang berkelas internasional. Kita masih perlu banyak berbenah, khususnya dalam menjadikan pariwisata sebagai industri yang kompetitif,” kata Lamhot.
“Kita tahu bahwa pada 2019 penerimaan negara dari sektor pariwisata lebih besar daripada penerimaan dari sektor migas, ini artinya masih luas kesempatan untuk meningkatkan penghasilan negara,” katanya menambahkan.
Dalam dialog tersebut, para mahasiswa menunjukkan antusiasme tinggi dengan mengajukan sejumlah pertanyaan kritis terkait pembangunan di Danau Toba serta strategi pemberdayaan masyarakat lokal. Sorotan juga diarahkan pada persoalan lingkungan yang menjadikan Geopark Toba mendapatkan kartu kuning dari UNESCO.
Menyikapi peringatan kartu kuning tersebut, Kementerian Pariwisata sebelumnya telah mengambil langkah-langkah konkret untuk memastikan bahwa rekomendasi UNESCO dapat segera dipenuhi.
Geopark Kaldera Toba, yang memiliki potensi luar biasa sebagai destinasi pariwisata berkelanjutan, harus dikelola dengan hati-hati dan sesuai dengan standar internasional yang ditetapkan oleh UNESCO.
Dialog ini menjadi cermin pentingnya keterlibatan generasi muda dalam proses pembangunan kawasan Danau Toba. Yang diharapkan dapat mendorong terciptanya pariwisata yang inklusif, kompetitif, dan berdampak langsung bagi masyarakat.
Sebagai bagian dari langkah konkret, dalam dialog tersebut dilangsungkan pula penandatanganan beberapa memorandum of understanding (MoU) antara UKI, BPODT, dan IMAIBANA untuk pengembangan kapasitas SDM, khususnya di bidang kepariwisataan yang berkelanjutan.