astakom, Jakarta – Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyampaikan bahwa tantangan bencana di era perubahan iklim semakin sulit diprediksi. Hal itu ia tegaskan saat mewakili Indonesia di forum United Nations Ocean Conference (UNOC) 2025, pada 9–10 Juni 2025.
Dalam forum internasional tersebut, Dwikorita mencontohkan peristiwa munculnya Siklon Tropis Seroja pada tahun 2021 sebagai bukti nyata bahwa bencana bisa melampaui batas-batas teori ilmiah.
Baca juga :
Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.
“Siklon tropis seharusnya tidak terbentuk di dalam zona tropis tersebut, namun kenyataannya hal tersebut terjadi. Ini mengejutkan kami dan menunjukkan bahwa tantangan bencana semakin tidak terduga,” tegasnya dalam keterangan resmi, dikutip astakom.com, Minggu (15/6).
Ia mengatakan bahwa zona tropis Indonesia yang terletak antara 10 derajat Lintang Utara hingga 10 derajat Lintang Selatan secara teori tidak seharusnya menjadi lokasi pembentukan siklon tropis. Namun kenyataan di lapangan berkata lain, dan hal ini menuntut pendekatan mitigasi yang lebih adaptif.
Menurut Dwikorita, inovasi teknologi dan observasi laut dalam memang terus berkembang di banyak negara. Namun ia mengingatkan bahwa kemajuan tersebut tidak akan efektif tanpa dukungan sosial-politik yang konsisten.
“Kita belajar bahwa saat semua orang siap, entah bagaimana bencana tidak terjadi. Tapi saat kita mulai lengah, bencana bisa datang. Inilah refleksi penting yang harus dijaga kesinambungannya oleh semua pihak,” katanya.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor, tidak hanya dari sisi ilmiah dan teknis, tetapi juga kebijakan dan tata kelola, agar sistem peringatan dini dapat benar-benar melindungi masyarakat.