astakom, Jakarta – Gelombang demonstrasi disertai bentrokan terjadi di Los Angeles sejak Jumat (6/6) malam, menyusul operasi besar-besaran Imigrasi dan Bea Cukai atau US Immigration and Customs Enforcement (ICE).
Akibat operasi ICE tersebut, lebih dari 100 orang ditangkap atas dugaan pelanggaran imigrasi, yang memicu kemarahan publik.
Baca juga
Situasinya di lapangan kian kacau lantaran Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memutuskan untuk mengerahkan sekitar 2.000 personel Garda Nasional ke Los Angeles tanpa permintaan dari Gubernur California Gavin Newsom.
Mengantisipasi hal tersebut, Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Los Angeles mengimbau warga negara Indonesia (WNI) di wilayah kerjanya untuk tetap waspada dan menghindari titik-titik demonstrasi yang berpotensi ricuh.
Imbauan ini disampaikan menyusul meningkatnya ketegangan di sejumlah lokasi di Los Angeles terkait aksi protes terhadap kebijakan Immigration and Customs Enforcement (ICE) Amerika Serikat.
“Sehubungan dengan situasi yang berkembang di Los Angeles dan sekitarnya, kami mengimbau kepada seluruh warga negara Indonesia untuk lebih berhati-hati dan menghindari daerah-daerah yang berpotensi terjadi bentrokan atau demonstrasi,” tulis KJRI Los Angeles melalui akun resmi Instagram @indonesiainla, Minggu (8/6/2025) waktu setempat.
KJRI meminta agar WNI memperhatikan perkembangan berita lokal untuk memantau potensi demonstrasi, terutama yang berkaitan dengan isu imigrasi. Warga juga diminta menjauhi kerumunan jika terdapat indikasi akan terjadi bentrokan agar terhindar dari risiko keamanan.
“Waspadai daerah rawan, utamanya pada area sekitar pusat kota atau lokasi yang sering menjadi tempat demonstrasi terkait kebijakan imigrasi,” lanjut pernyataan tersebut.
KJRI juga menekankan pentingnya membawa identitas resmi seperti paspor atau Real ID saat bepergian, dan mematuhi instruksi dari otoritas setempat jika berada di area yang terdampak.
“Bagi WNI yang membutuhkan bantuan, dapat menghubungi Hotline KJRI Los Angeles di nomor +1 (213) 590-8095,” tulis mereka.
Dua Orang Ditangkap
Berdasarkan informasi KJRI Los Angeles, ada 2 orang warga negara Indonesia (WNI) yang ditahan dalam operasi tersebut.
Keduanya berinisial ESS, perempuan usia 53 tahun; dan CT, laki-laki berusia 48 tahun.
“KJRI Los Angeles telah menerima informasi bahwa terdapat 2 WNI yang ditahan dalam operasi tersebut dengan inisial ESS (perempuan, 53 tahun) dan CT (laki laki, 48 tahun),” kata Direktur Pelindungan WNI Kemlu RI Judha Nugraha kepada wartawan, Senin (9/6), seperti dikutip astakom.com.
WNI inisial ESS ditangkap lantaran berstatus ilegal, sedangkan CT ditangkap karena punya catatan pelanggaran narkotika dan masuk AS secara ilegal.
Adapun KJRI Los Angeles saat ini sedang berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk memberikan akses pendampingan kekonsuleran bagi kedua WNI yang ditahan.
Sementara perihal situasi demonstrasi di Los Angeles dan lokasi lainnya, kantor perwakilan RI terus menjalin komunikasi dengan simpul-simpul kelompok masyarakat Indonesia.
Kemlu RI juga mengingatkan kepada para WNI yang ada di AS agar tahu dan paham hak-hak dalam sistem hukum Negeri Paman Sam.
Di antaranya, hak mendapatkan pendampingan pengacara, dan hak menghubungi kantor perwakilan RI terdekat.
“Bagi WNI yang terdampak kebijakan imigrasi AS, agar memahami hak-hak dalam sistem hukum di AS, antara lain, hak mendapatkan pendampingan pengacara dan hak menghubungi Perwakilan RI terdekat,” kata Judha.
Bagi para WNI yang menghadapi keadaan darurat dalam situasi tersebut agar segera menghubungi hotline pelindungan di kantor-kantor perwakilan RI berikut ini:
– KBRI Washington DC: 202 569 7996
– KJRI Chicago: 312 547 9114
– KJRI Los Angeles: 213 590 8095
– KJRI New York: 347 806-9279
– KJRI San Francisco: 415 875 0793
– KJRI Houston: 713 282 5544
– Tekan Tombol Darurat di aplikasi Safe Travel Kemlu
Terjadi Bentrokan
Demo massa yang memprotes penggerebekan imigran di Los Angeles, California, AS berujung rusuh pada Minggu (8/6). Aksi ini diikuti sedikitnya 1.000 pengunjuk rasa.
Mereka bentrok dengan pasukan Garda Nasional yang diterjunkan Presiden AS Donald Trump. Bentrokan terjadi di pusat kota Los Angeles.
Demo berujung kerusuhan ini membuat sejumlah mobil polisi dibakar massa, etalase hancur dan bangunan rusak. Beberapa toko juga dilaporkan dijarah dan tempat pembuangan sampah dibakar oleh para kelompok perusuh.
Petugas kepolisian AS berupaya membubarkan massa dengan menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Bahkan berdasarkan beberapa laporan, ada 500 marinir berstatus siap diterjunkan untuk membantu meredam kerusuhan.
Dilaporkan setidaknya ada 10 orang ditangkap atas kerusuhan pada Minggu, dan 44 orang lainnya ditahan sejak Jumat.
Diawali razia, diikuti protes, dan penangkapan
Aksi protes mulai memanas setelah agen ICE menggerebek sejumlah lokasi di Los Angeles, termasuk sebuah gudang di distrik Fashion dan beberapa toko seperti Home Depot serta Dale’s Donuts.
Menurut Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS), setidaknya 118 orang ditangkap selama operasi tersebut, termasuk lima individu yang diduga terkait kelompok kriminal.
“Konfrontasi pertama terjadi di sebuah gudang alat bangunan tempat buruh harian, banyak di antaranya tidak berdokumen,” tulis pernyataan kantor berita Al Jazeera.
Setelah para pekerja dibawa dengan bus bertanda U.S. Marshals, massa spontan berkumpul, meneriakkan tuntutan agar aparat meninggalkan lingkungan mereka dan menghentikan penggerebekan.
Kerusuhan berlanjut ke wilayah Paramount dan Compton, di mana pengunjuk rasa membakar kendaraan dan mencoba menghalangi bus milik dinas pengamanan federal.
Polisi menyatakan, para agen federal menembakkan granat kejut dan gas air mata untuk membubarkan massa. “Kami akan lindungi hak untuk protes damai, tetapi kami tidak akan toleransi kekerasan atau perusakan,” ujar Sheriff L.A. County, Robert Luna.
Trump kirim tentara
Melihat eskalasi di jalanan, Trump pada Sabtu malam menandatangani memo untuk menggunakan kewenangan “Title 10” guna mengerahkan 2.000 tentara Garda Nasional ke Los Angeles.
Ini menjadi kali pertama dalam beberapa dekade presiden mengerahkan pasukan tanpa persetujuan gubernur negara bagian. “Kami tidak akan biarkan kota ini dikacaukan seperti saat di bawah kepemimpinan Biden. Jika perlu, kami juga akan kirim Marinir,” kata Trump.
Langkah itu langsung mendapat penolakan dari Gubernur Gavin Newsom, yang menyebut pengerahan pasukan federal sebagai strategi yang memperkeruh keadaan. “Tidak ada kebutuhan mendesak untuk pengerahan pasukan di L.A. Ini adalah pelanggaran serius terhadap kedaulatan negara bagian,” tulis Newsom dalam surat terbuka kepada Menteri Pertahanan.
Sementara itu, Wali Kota Los Angeles Karen Bass menyebut kekacauan ini sebagai hasil langsung dari tindakan pemerintah pusat. “Ketika Anda menggerebek tempat kerja, memisahkan orangtua dan anak, dan mengirim kendaraan lapis baja ke jalanan kami, Anda menanam ketakutan dan kepanikan,” ujar Bass.
“Warga punya hak untuk protes damai, tetapi jangan terjebak dalam provokasi,” imbuhnya.
Ketakutan menyebar di komunitas imigran
Menurut sejumlah tokoh masyarakat, warga Los Angeles, terutama mereka yang berasal dari komunitas imigran, merasa terancam dan terpojok. Anggota DPR AS Maxine Waters pun menyebut pengerahan pasukan sebagai upaya politis Trump.
“Dia gunakan Los Angeles, sebuah kota perlindungan, sebagai contoh untuk basis politiknya,” kata Waters.
“Saya rasa dia sedang mencoba menciptakan hukum militer,” tambahnya.
Senada dengan itu, mantan Wakil Presiden Kamala Harris mengatakan bahwa pendekatan pemerintah terhadap krisis ini adalah bagian dari agenda kejam dan terencana untuk memecah belah. “Ini bukan soal keselamatan publik. Ini tentang menebar ketakutan,” ujar Harris.