astakom, Los Angeles – Ketegangan meningkat di California setelah gelombang protes terhadap kebijakan imigrasi pemerintahan Trump berubah menjadi bentrokan keras antara pengunjuk rasa dan aparat keamanan di Los Angeles pada hari Jumat (6/6).
Gubernur Gavin Newsom menuding langsung Presiden Donald Trump sebagai pemicu eskalasi situasi.
Baca juga :
Tidak ada rekomendasi yang ditemukan.
Protes yang berlangsung sejak Jumat pecah di berbagai kota besar seperti Los Angeles dan San Francisco, dan mencapai puncaknya pada Minggu malam saat granat kejut dan gas air mata digunakan untuk membubarkan massa.
Polisi menyebut protes telah berkembang menjadi pertemuan yang melanggar hukum, setelah beberapa kendaraan dibakar, Jalan Tol 101 diblokir, dan kekerasan fisik terjadi.
“Mari kita perjelas:
1. Penegak hukum setempat tidak memerlukan bantuan.
2. Trump tetap mengirim pasukan — untuk menciptakan kekacauan dan kekerasan.
3. Trump berhasil.
4. Sekarang keadaan tidak stabil dan kita perlu mengirim lebih banyak penegak hukum hanya untuk membereskan kekacauan Trump,”
tulis Newsom di media sosial.
Pasukan Garda Nasional dikerahkan atas perintah Trump, meski ditolak oleh pemerintah negara bagian. Newsom juga menegaskan bahwa California akan menggugat pemerintah federal, menyebut tindakan Trump sebagai upaya ilegal memfederalisasi Garda Nasional.
Trump membalas kritik tersebut melalui media sosial dengan menyalahkan Newsom dan Wali Kota LA Karen Bass.
“Mereka bukan pengunjuk rasa, mereka adalah pembuat onar dan pemberontak,” tulis Trump dalam keterangannya seperti yang dikutip astakom, Senin (9/6).
Menurut otoritas, 10 orang ditangkap dan tiga petugas terluka di Los Angeles pada Minggu.
Di hari sebelumnya, 29 orang ditangkap, sementara di San Francisco, 60 orang diamankan setelah aksi protes berubah menjadi kekerasan dan perusakan properti.
Kepala Kepolisian Los Angeles, Jim McDonnell, menyebut eskalasi tersebut sebagai sesuatu yang “menjijikkan.” Ia mempertanyakan apakah para pelaku kerusuhan benar-benar mewakili gerakan protes terhadap kebijakan imigrasi.
Demonstrasi bermula dari penggerebekan oleh Imigrasi dan Bea Cukai (ICE) yang menghasilkan lebih dari 40 penangkapan.
Juru bicara Departemen Keamanan Dalam Negeri, Tricia McLaughlin, membela aksi tersebut dengan menyebut para tersangka sebagai pelaku kejahatan serius.
“Para perusuh di Los Angeles berjuang untuk membebaskan para pemerkosa, pembunuh, dan penjahat kejam lainnya,” katanya dalam pernyataan resmi.
Simbol modernitas juga jadi sasaran kemarahan. Beberapa mobil otonom milik Waymo dibakar dalam aksi protes, sebagaimana terekam dalam video yang viral di media sosial.
Perusahaan kemudian mengumumkan penghentian sementara layanan di pusat kota LA demi alasan keamanan.
Ketegangan juga meningkat setelah Tom Homan, kepala urusan perbatasan era Trump, dikabarkan ditanya soal kemungkinan penangkapan Newsom. Meski Homan membantah pernah menyerukan hal itu, Newsom menanggapinya tegas.
“Kepala perbatasan Trump mengancam akan menangkap saya karena berbicara. Datang dan tangkap saya, orang tangguh. Saya tidak peduli. Itu tidak akan menghentikan saya untuk membela California,” ujarnya.
Gubernur Newsom bersikukuh bahwa kekacauan ini adalah hasil dari provokasi politik Trump. Ia menegaskan bahwa perintah federal baru dari Trump berbahaya dan akan membuka jalan bagi intervensi militer di negara bagian mana pun.
“Dia menyulut api dan bertindak secara ilegal untuk memfederalisasi Garda Nasional,” kata Newsom. “Kami akan menuntutnya,” jelasnya.
Situasi saat ini menjadi ujian serius bagi kebebasan berpendapat dan keseimbangan kekuasaan antara negara bagian dan pemerintah pusat di Amerika Serikat di tengah krisis politik yang semakin dalam menjelang pemilu 2026.