astakom, Jakarta – Menteri Ekonomi Kreatif (Menteri Ekraf) Teuku Riefky Harsya mengapresiasi film Hayya 3: Gaza sebagai bentuk karya yang sekaligus medium diplomasi. Menurutnya subsektor film sangat bisa menjadi alat yang mendukung kesadaran publik akan isu kemanusiaan.
“Film ini bukan hanya karya seni, tetapi juga bentuk empati dan diplomasi yang sejalan dengan arahan Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto,” kata Menteri Ekraf Teuku Riefky saat menerima audiensi dari PT Warna Kreasi Sinema di Gedung Film Pesona Indonesia, Jakarta pada Kamis, 5 Juni 2025.
Baca juga
PT Warna Kreasi Sinema dikenal sebagai rumah produksi yang konsisten mengangkat tema-tema religi dan sosial termasuk Hayya 3: Gaza yang dijadwalkan tayang perdana dalam Gala Premiere pada 8 Juni 2025.
“Kementerian Ekonomi Kreatif siap memberikan dukungan, termasuk mengkolaborasikan dengan pihak lain agar membantu dalam bentuk fasilitasi promosi secara daring maupun luring,” ucap Teuku Riefky.
Riefky menambahkan bahwa Kementerian Ekraf akan menggandeng berbagai pihak, termasuk tokoh publik dan influencer untuk memperkuat jangkauan promosi film.
Di tempat yang sama, Deputi Bidang Kreativitas Media Agustini Rahayu menekankan pentingnya memanfaatkan momentum dengan persiapan yang matang.
“Kami akan mendorong keterlibatan dinas ekonomi kreatif daerah agar turut serta dalam menyukseskan pemutaran film ini,” kata Agustini.
Sementara itu Produser Eksekutif Hayya 3: Gaza, Ustaz Erick Yusuf, menyambut baik dukungan yang diberikan. Menurutnya, kehadiran Kementerian Ekraf membuka peluang besar untuk mengoptimalkan potensi film lokal, termasuk mendorong keberlangsungan sineas independen.
“Kami berharap dukungan tidak hanya bagi satu genre, tapi untuk seluruh jenis film agar bisa tumbuh secara berkelanjutan dan menjalin komunikasi yang lebih erat dengan pelaku industri,” kata Ustaz Erick.
Film Hayya 3: Gaza ini bercerita tentang Abdullah Gaza yang diperankan Azamy Syauqi, seorang yatim piatu yang tinggal di panti asuhan yang dikelola Ustazah Dewi (diperankan Oki Setiana Dewi) dan adiknya bernama Rafah (diperankan Cut Syifa).
Di panti asuhan itu, Gaza bertemu dengan Hayya (diperankan Amna Shahab), gadis kecil asal Palestina yang telah empat tahun tinggal dan berusaha mencari kedamaian di Indonesia.
Genosida di Palestina membuat Hayya urung dipulangkan ke tanah kelahirannya. Di rumah panti, lambat laun hubungan Gaza dan Hayya pun menjadi dekat.
Bagi Hayya, kehadiran Gaza layaknya pengobat rindu, mengingat namanya mirip dengan tanah kelahirannya. Kehidupan mereka pun kembali ceria, saling mengisi satu sama lain, hingga suatu peristiwa buruk kembali mengintai dan mengancam nyawa mereka.